MG Productions sukses menggelar pementasan perdananya bertajuk Rahasia Tangerang pada Kamis (28/06/18), di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. Pertunjukkan Teater Tari ini berhasil memukau para penonton meski pementasan disuguhkan tanpa kata-kata.
Teater tari ini merupakan genre pertama di pertunjukkan teater Indonesia. Lewat gerak tari yang seirama dengan alunan nada, para pemain menceritakan kisahnya lewat bisu, diikuti gimik serta pendalaman karakter yang kuat, menjadi bumbu yang tepat untuk terus mengendalikan emosi penonton, baik di kala sedih, senang, takut, benci, hingga jatuh cinta lagi.
Naskah Rahasia Tangerang ini diadaptasi dari kisah aseli cikal bakal pernakan ras Tionghoa di Indonesia khususnya di daerah Tangerang, yang bersumber langsung dari sejarahwan Tangerang bernama Oey Tjien Eng.
Koreo tariannya dilatih oleh seorang professional dari Indonesian Dance Theatre bernama Josh Marcy. Sementara untuk olah rasa dan teaterikal, disutradari langsung oleh Mario B. Lukman.
Pertunjukkan Rahasia Tangerang ini bercerita tentang Halung (Edbert Tjoniko) bersama 7 teman seperjuangannya, yang terdiri dari sang pendekar (Darwin Yulio) sebagai sahabat terdekat Halung, sang ahli peta (Daniel Mardjono), sang ahli sempoa (A. William Lionggoro), dan sang cendekiawan (Lurenzo Valentino), dan 3 (tiga) putri Tiongkok salah satu diantaranya bernama Diao Chan (Gracia Yuni Khanti). Mereka berlayar menjelajah lautan ke negeri orang untuk menambah wawasan dan perluasan perdagangan.
Namun suatu ketika, kapal mereka menabrak terumbu karang. Adegan terombang-ambing di tengah laut pun disajikan lewat tarian, gimik, dan visualisasi lighting yang mendukung panggung. Penonton seolah dibawa masuk pada situasi mencekam antara hidup dan mati mereka yang sudah diujung ombak. Hingga tiba saatnya adegan di mana mereka seakan terhempas pada satu sudut yang menggambarkan bahwa kini mereka tengah terdampar, seirama bersama puncak dari musik khas Tiongkok berakhir.
Alunan musik berganti menjadi sulingan sunda, dari alunan nada itu pun penonton dapat mengetahui suasana sedih sedang digambarkan di atas panggung. Tak lama perempuan-perempuan yang menggunakan kostum dayang kerajaan sunda datang dengan gemulai. Mereka seakan prihatin sekaligus takut pada korban terdampar yang memiliki perawakan berbeda dari masyarakat biasanya.
Tarian sunda pun mengiringi adegan para dayang kerajaan untuk menolong Halung dan kawanannya. Dari sini, awal kisah rombongan etnis Tionghoa dihadapkan pada Prabu kerajaan di tanah Parahyangan.
Melalui tarian sunda, para dayang menceritakan bagaimana mereka menemukan segerombolan orang dengan perawakan unik yakni berkulit putih dengan mata sipit, terdampar di Ci Sadane. Prabu Sanghyang Anggalarang (Audi Maulana) pun memahami keluh kesah dayang-dayang, sehingga Prabu memutuskan untuk menitahkan orang-orang kerajaannya agar memberi pertolongan maksimal pada korban terumbu karang itu. Hubungan antara Halung dan rombongannya dengan kerajaan Padjajaran pun jadi semakin erat, sejak kala itu.
Hingga suatu ketika, kecantikan Diao Chan perlahan memikat hati Prabu. Akhirnya Prabu Sanghyang Anggalarang pun segera mempersunting Putri Tiongkok yang paling cantik itu.
Halung beserta teman-temannya sempat kebingungan, namun karena Diao Chan itu sendiri juga ternyata sudah jatuh hati pada Prabu yang dinilai gagah perkasa sejak pandangan pertama, maka Halung pun dapat memahami dan mendukung hubungan keduanya.
Di sisi lain, putri-putri etnis Tionghoa lainnya juga dipersunting oleh patih-patih kerajaan (pada kisah aselinya, ada 9 putri Tiongkok yang dipersunting Prabu untuk dijadikan istri patih-patihnya). Sebagai imbalan, Prabu memberikan sebidang tanah dan kapal baru untuk Halung dan kawanannya agar dapat kembali ke Tiongkok. Namun Halung yang terlanjur jatuh cinta pada tanah Nusantara memilih menetap dan berdagang di Indonesia.
Kisah Rahasia Tangerang ini terus berlanjut tentang bagaimana kehidupan Halung yang akhirnya menetap di Nusantara sebagai pedagang kain sutra. Teman-teman Halung yang sempat pulang ke Tiongkok, kembali datang membawa barang dagangan yang lebih beragam. Terdapat emas, giok, guci, kain-kain, dan masih banyak lagi. Keberadaan Halung dan teman-temannya membawa warna baru di perdagangan Nusantara.
Pasang surut emosi penonton pun dimainkan di berbagai adegan yang berhasil mereka sajikan. Seperti penonton yang dibuat marah dan jengkel ketika istri Halung bernama Yu Yan (Jessica Febriani) yang sangat dicintai Halung, suatu malam terpergok selingkuh dengan saudagar emas bernama Huang Fu (Kevin Sailly).
Penonton juga digiring pada suasana ketegangan saat Mak Asih (Sintiche Youndia Serhalawa) ditolong oleh Halung dari bandit-bandit anak buah Karancang (Arthur Benedictus) sosok yang dikisahkan telah membunuh suami Mak Asih dahulu.
Hingga adegan kasmaran penuh haru antara Halung dengan gadis Nusantara bernama Cayadewi (Sela Marsela Gusman). Cayadewi adalah anak dari Mak Asih, wanita paruh baya yang ditolongnya dari kejahatan Karancang beserta bandit-bandit. Sosok Cayadewi inilah yang berhasil meyakinkan Halung agar tidak lagi terpuruk dalam trauma dan dilema akan kehadiran cinta yang tulus.
"Pendalaman karakter mereka sangat kuat, terutama saat adegan Halung yang mulai menyadari ketulusan hati Cayadewi. Saya bahkan merasakan cinta yang dalam lewat eye contact antara Cayadewi dan Halung, and that's why saja begitu jatuh cinta pada karakter mereka berdua." seru Kevin.
"Kalo saya paling suka adegan berkelahi antara bandit sunda dengan pemuda Tionghoa itu, seperti saya benar-benar melihat pertarungan yang sengit dan memang benar-benar terlihat seperti dapat memakan korban. Keren, terlihat totalitas tanpa batas." ujar Richard, mahasiswa perguruan swasta dari Jakarta Utara.
"Pertunjukan Teater Tari Rahasia Tangerang ini berhasil membuat kita sebagai penonton, terseret cepat pada perubahan emosi di setiap adegannya. Saya dapat memahami kisah bahkan seperti begitu merasakan emosionalnya, padahal mereka bermain teater tanpa kata, semua penjelasan kisah disampaikan lewat gimik dan tari. Luar biasa. Saya tunggu produksi selanjutnya. Sukses terus MG Productions untuk melestarikan sejarah peranakan Tionghoa di Indonesia lewat seni teater tari." jelas Selly, seorang pegawai swasta dari Jakarta Barat sebagai salah satu penonton Rahasia Tangerang.
Pada akhir adegan pertunjukan Rahasia Tangerang. Halung datang menggunakan pakaian pernikahan budaya Tionghoa, sementara Cayadewi datang dengan pakaian pernikahan adat sunda.
Akulturasi pun terjadi, saat gadis-gadis Tionghoa hadir untuk mempercantik Cayadewi dengan kombinasi pakaian pernikahan adat Tionghoa yang mereka bawa dengan pakaian sunda yang sudah Cayadewi kenakan. Di adegan terakhir inilah, penonton disuguhkan dengan suasana pernikahan yang menjadi cikal bakal Chio Tau.
Sebelum menghadap Halung, Cayadewi memberi sungkeman pada Mak Asih, air mata pun tak tertahankan. Masih dengan paduan gimik dan tari, Cayadewi hadir menghadap Halung dengan pakaian yang telah menjadi bukti sejarah Indonesia tentang adanya akulturasi budaya Tinghoa dengan budaya Nusantara. Adegan pernikahan Halung dan Cayadewi pun berangsur hikmat.
Kisah Rahasia Tangerang ini memperjelas bahwa sejak jaman dahulu kala, keberadaan etnis Tionghoa justru disambut baik oleh masyarakat Nusantara. Meski pun perbedaan tampak jelas terlihat di perawakan, bahasa, dan budaya keduanya, namun hal itu tidak mengurungkan niat mereka untuk hidup berdampingan dalam damai.
Ini mengingatkan kita sebagai warga negara Indonesia, untuk tetap saling menjaga keutuhan nilai-nilai Pancasila dan ke-Bhinekaan Tunggal Ika, meski berdiri di negeri dengan beranekaragam ras, budaya, bahasa, dan agama, namun tentu bukan menjadi alasan untuk kita saling sikut atau bahkan terpecah belah.
Sudah seharusnya untuk kita sebagai masyarakat Indonesia menyadari, bahwa istilah pribumi bukan hal yang patut dijadikan bahan sentimental nan kental. Karena sebenarnya kejahatan bangsa bukan persoalan asal-usul ras, melainkan oknum-oknum yang rasis terhadap perbedaan ras.