Hari ini tepat tanggal 22 Desember, hari dimana semua orang berlomba-lomba di social media menulis “Selamat Hari Ibu”, dan dengan puisi atau ucapan terbaiknya. Saya harap bukan sekedar tulisan yang dibaca orang selewat. Saya sedang membayangkan mereka juga membacakannya di depan Ibu langsung dan berpelukan erat sambil meneteskan air mata bahagia bersama-sama. Ah, moment dengan Ibu memang kadang terasa mengharukan. Mungkin karena saya dan Simbok (panggilan saya ke Ibu) bukan tipe yang bisa sangat dekat seperti teman dan jarang mencurahkan perasaan, jadi ada beberapa moment yang mungkin buat orang biasa, tapi buat saya ngeresep di hati. Kita juga bukan tipe orang-orang yang romantis, yang suka saling bilang “sayang deh sama Simbok” atau sebaliknya, tapi saya ingat, kalau saya pergi dari rumah, pasti telepon saya berdering-dering setiap malam, ditelpon Simbok sekedar tanya kabar ataupun tanya sudah makan atau belum. Terkadang semua terasa sangat dekat ketika kita jauh. Saya pernah memberi kado bunga sebagai hadiah ulang tahun, tanggal 25 November kemarin, malam-malam saya pulang langsung beliau saya bangunkan sambil ngasih bunga. Tebak dong beliau bilang apa? “Besok aja ya”. Dan balik tidur lagi. Setelah saya merajuk, baru deh bangun dan cium pipi sambil beliau bilang “Makasih ya. Semoga kamu jadi anak yang sholehah”. Bunga itu sampai berhari-hari ada di pojok tempat tidur. Dan saya yakin, itu membuat saya dan Simbok saya sama-sama bahagia. Ada satu hal yang saya sadari, seorang Ibu akan selalu mendoakan anaknya dan terkadang lupa berdoa untuk dirinya sendiri, walaupun itu adalah hari ulang tahunnya sendiri.