Akhir-akhir ini saya merasa Jakarta lebih sering macat dari biasanya. Oke, semua orang pun tahu — bahkan Obama pun tahu–bahwa sejak dulu Jakarta macat. Tapi, akhir-akhir ini macetnya terlebih lagi. Mobil dan motor terkena macat. Motor yang biasanya masih bisa menyalip diantara mobil pun terpaksa antri di ruang kosong antara mobil dan trotoar. Tidak jarang mereka ikut memenuhi bahu jalan di belakang mobil. Semuanya terjebak macat, termasuk abang-abang penarik gerobak. Pengendara motorpun sudah tidak segan-segan lagi memasuki trotoar, masuk jalur berlainan arah dan menerobos lampu merah. Sudah acak tak karuan rasanya perjalanan saya tiap hari. Ternyata tidak hanya saya yang merasakan hal tersebut. Tepat beberapa jam setelah pasang status di Facebook tentang kemacatan, salah satu stasiun televisi swasta (sebut saja Metro TV) memberitakan mengenai terancam lumpuhnya ibu kota Indonesia ini. Jakarta terancam lumpuh! Hal ini mengingatkan kembali masa kira-kira setahun silam, saat saya berjibaku bersama teman-teman satu angkatan mengajukan tema skripsi. Saat itu, saya sebagai warga Jakarta yang sejak SD menjadi pengguna kendaraan umum, merasakan perlunya pembenahan transportasi kota Jakarta yang sejak dulu menjadi problematika yang berkepanjangan.
Sebenarnya, apa sih sumber utama permasalahan transportasi di Jakarta? Kemudian apa yang bisa dilakukan untuk membenahinya?
KEMBALI KE ARTIKEL