Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sepotong Waktu di Halte Bus

15 Maret 2013   03:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:44 265 4

Aku melihatnya lagi. Di duduk di tempat yang sama setiap harinya – di bangku paling tepi sebelah kanan. Dia datang pada waktu yang sama tiap harinya, sore hari menjelang senja menampakkan diri di horison barat. Sambil menekuni hiasan manik-manik pada tas tangannya, sesekali ia melongok ke sebelah kanan, seolah menunggu sesuatu – atau seseorang. Kadang juga ia membuka tasnya, mengeluarkan selembar tisu, lalu mengusap sesuatu yang meleleh dari matanya. Dia menangis tanpa suara, dan tanpa raut sedih. Di hari ke sekian aku melihatnya lagi duduk di bangku yang sama, aku tak tahan. Maksudnya, aku terlalu sentimental melihatnya menangis. Jika ia perempuan normal, menangis biasanya tersedu-sedu. Atau, paling tidak, tunjukkanlah ekspresi sedih. Hei, aku hampir saja menyebut perempuan itu ‘tidak normal’. Lancangkah aku? Tapi, aku tidak melantangkan kalimat itu di depannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun