“Dia mengetahui kedekatan kita, Mas,” ujar Nita ketika ia mengunjungiku.
“Hmm…. Benarkah? Dari mana Pram tahu soal kita?” tanyaku.
“Entah. Aku pun bingung. Pram bilang aku berubah. Tapi aku merasa diriku tetap seperti ini, tidak ada yang berubah.”
“Tenanglah, Nita. Jangan terbawa emosi. Siapa tahu, sebenarnya Pram malah tidak tahu apa – apa soal kita. Bisa jadi, ia berkata seperti itu hanya untung memancing pengakuan darimu. Lalu, apa saja yang sudah kau katakan pada Pram?”
Nita menghela napas panjang.
“Sudah kukatakan hampir semuanya, Mas. Maafkan aku….”
Ah… sial!!! Inilah yang aku khawatirkan sejak aku mulai dekat dengan Nita. Bahwa Nita yang akan membongkar sendiri rahasianya kepada Pram. Nita…, bagaimanabisa kau tidak menyadari hal itu?! Tapi mungkin ini salahku juga. Aku sudah berani masuk ke dalam kehidupannya.
Oh, bukan. Aku dan Nita bukanlah sepasang kekasih, jika itu yang kalian tebak. Aku dan Nita hanya bersahabat. Ya, benar. Aku sahabatnya… dan aku sayang padanya.
“Mas Janu….”
“Iya, sayang….”
“Apa kita harus mengakhiri hal ini?”
“Mengakhiri apa? Memangnya apa yang sudah kita lakukan?”
“Mengakhiri semuanya. Kita tidak perlu bertemu lagi. Aku kembali pada Pram dan kau pun bisa fokus untuk mengurus istrimu.”
Isrti?! Ah, iya. Aku memang sudah beristri. Dan aku sangat mencintai istriku. Walaupun aku dekat dengan banyak wanita, tapi aku tidak pernah mengurangi jatah kasih sayang untuk istriku.
Mungkin banyak di antara kalian yang menyarankan aku untuk menikah lagi. Well…. Itu tidak akan aku lakukan.
Memang benar, Nita masih berstatus lajang. Dia belum menikah dengan Pram dan pertunangan itu pun masih bisa dibatalkan. Tapi aku bukanlah manusia yang kejam!!! Aku tidak mau menjadi secuil onak dalam daging!!! Lagipula, jika aku menikahi Nita, belum tentu kebahagiaan yang sama yang akan didapat. Pastilah akan timbul masalah – masalah baru dalam hidup kami. Kalian paham maksudku, kan?!
“Tolong katakan sesuatu, Mas.”
“Apa lagi yang harus aku katakan, Nita? Dari awal aku sudah banyak menjelaskan hal ini padamu. Kita ini bersahabat. Aku sahabatmu dan kau sahabatku. Kita saling menyayangi. Tapi ingat, Nita. Rasa sayang yang kita miliki ini, jangan sampai menyakiti diri sendiri, apalagi sampai menyakiti orang lain. Rasa sayang ini adalah anugerah dari Tuhan. Kita tidak boleh menolaknya begitu saja. Nikmati saja selagi kita bisa.”
Aku peluk gadisku dan kubiarkan dia menangis di dadaku. Aku mengerti, tangisnya bukan berarti menandakan ia wanita yang lemah. Tangisnya hanya untuk melepas beban berat di dirinya.
Aku sadar, aku dan Nita tidak akan pernah salaing memiliki. Tapi biarlah kami saling menyayangi sebagai sepasang sahabat.
Ya…. Aku sahabatnya… dan aku sayang padanya….
berlanjutke episode 3
sumber gambar dari sini