Sebagai editor di sebuah penerbitan – juga ngerangkap jadi tukang review naskah temen-temen – saya sudah cukup banyak membaca. Dan, macam-macam pula yang saya temukan sejak saya nyemplung ke dunia fiksi. Mulai dari naskah kece nan seksi, sampe yang masuk kategori sotoy. Tapi, kali ini yang dibahas bukan soal gimana caranya nulis naskah kece nan seksi. Saya akan berbaik hati menganggap siapa pun yang membaca artikel ini udah pada hebring nulis naskahnya. Naik satu tingkat lagi, ini soal bagaimana basa-basi kalian ketika menyodorkan naskah ke penerbit.