Menggapai Harapan-138
@Cerber
Amir sudah mengabari ibunya kalau dia dan Sita akan mengambil baju pengantin.
"Bagaimana dengan baju pengantin kalian apakah sudah pas? tanya ibu Amir.
"Sudah bu," balas mereka serentak.
Ibu Amir sangat senang mendengarnya. Ada senyum di bibirnya.
Ibu Amir merasa ada yang aneh dari Amir dan Sita. Sita tampak gelisah dan butiran bening membasahi kening dan bajunya. Demikian juga dengan Amir.
"Nak, sepertinya ada sesuatu yang terjadi, ada apa Nak? tanya ibu cemas.
Melihat kecemasan ibunya Amir akhirnya menceritakan kejadian yang menimpanya di jalan.
Ibu menanyakan ada yang celaka atau tidak. Amir menggelengkan kepalanya.
"Syukurlah tidak apa-apa, masalah mobil yang lecet bisa dibawa ke bengkel mobil.
Ibu Sita menawarkan agar mereka makan ibu Amir sudah menyiapkan makanan
Amir dan Sita beranjak dari kursinya melangkah kemeja makan. Sita sudah tidak sungkan lagi bila diajak makan oleh ibu Amir. Sikap sopan dan ramah dari Sita membuat ibu Amir semakin menyukai calon menantunya.
Usai makan Sita melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Wah, sudah mulai senja," batinnya.
Dia masih trauma kejadian tadi saat meniju rumah mertuanya.
Sita merapikan meja makan dan membawa piring kotor bekas makan mereka ke dapur. Ternyata bibi Lulu melihatnya. Bergegas bi Lulu meraih piring kotor dari tangan Sita namun Sita tetap membawanya ke dapur. Dia sudah terbiasa melakukan di rumahnya.
"Bu Sita pamit pulang ya, takut kemalaman," pamitnya.
Ibu Amir menyetujui permintaan Sita. Kekuatiran Sita akan ibunya terlihat di wajahnya.
Amir dan Sita melangkah menuju halaman. 8bu Amir mengikuti dari belakang.
Bersambung....
Jakarta, 8 Pebruari 2024