Menggapai Harapan-115
@Cerber
"Oh, ya di sana angkot yang ke arah rumahku," bisik Ridwan di benaknya.
Dilangkahkannya kakinya mejuju angkot jurusan ke desanya.
"Ayo, berangkat-berangkat," teriak kenek mrmanggil penumpangnya.
Bayu di pagi itu terasa dingin menyentuh raga Ridwan. Fajar telah menyingsing.
Penumpang bergegas menuju angkot masing-masing sesuai jurusannya.
Saat Ridwan sampai di angkot, penumpang sudah banyak namun masih ada bangku kosong.
"Masih beruntung ada bangku kosong, kalau tidak aku lama lagi menunggu," gumamnya sambil meletakkan bokongnya di bangku paling ujung.
Tidak lama mobil berjalan meninggalkan terminal.
Di dalam mobil terdengar ramai, ada ibu-ibu yang pulang belanja sambil ngelawak, sehingga penumpang pada tertawa. Tak ketinggalan dengan Ridwan dia tidak bisa menahan rasa gelinya.
"Sepertinya mas ini orang baru, rumahnya di mana? tanya ibu kepada ridwan.
Dengan sopan Ridwan membalasnya. Ibu paruh baya tersenyum. Dia teringat anak lelakinya yang pergi merantau.
Halte tempat Ridwan turun pun sampai.
"Pak, berhenti ya di halte depan," ucap Ridwan.
Dengan membngkuk Ridwan berjalan hendak turun dari angkot.
"Ini Pak ongkos saya," ucap Ridwan sembari menyodorkan tanganya.
Ridwan merasa lega saat turun dari mobil. "Huh, akhirnya sampai juga."