Menggapai Harapan-87
@Cerpen
"Akhirhya aku bertemu Bang Ridwan. Ibu tidak bersedih lagikan?" tanya Sita.
"Ibu bahagia sekali Nak, semoga abangmu Ridwan segera menemukan pendampingnya," ucap ibu penuh harap.
"Bagaimana Pak tentang bahan bangunannya apa sudah dipesan," tanya ibu Sita.
Sebelum pergi Ridwan sudah memesan bahan bangunan ke matrial yang ada di desa mereka.
Waktunya pulang sudah tiba, Sita bergegas merapikan file yang ada di meja kerjanya. Karyawan lainnya sudah banyak mengetahui hubungan CEO dengan Sita. Banyak yang menghormati Sita bahkan ada juga yang tidak senang.
"Huh, paling-paling hanya permainan CEO saja," ungkap Rara yang melewati ruang kerja Sita.
Sita yang mendengar tidak menghiraukannya.
Rara teman Tina yang suka usil kepada Sita. Kecemburuannya membuat kebenciannya semakin menjadi.
"Vivi ayo kita pulang, nanti kesorean," ajak Sita sembari menghampirinya.
"Ok, Sit aku sudah siap."
Langkah mereka menuju lift dipercepat, biasanya telat sedikit mereka akan mengantri lama. Karyawan sudah pada bubar.
Sesampai di depan lift, sudah ada beberapa orang yang mengunggu. Pintu lift sudah terbuka, Sita dan Vivi bergegas masuk.
" Huh, untung masih sedikit orang yang antri," tukas Vivi.
"Eh, mbak kamu yang bernama Sita ya, gimana rasanya ditembak sama CEO? Hati-hati loh mbak bisa jadi CEO hanya iseng saja," ucapnya sembari tertawa.
Dua orang temannya ikut tertawa mengejek. Vivi menyentuh tangan Sita memberi syarat jangan diladeni. Sita mengangguk tanda mengerti.
Lantai dasar tiba, pintu lift terbuka.
Ayo Sit," ajak Vivi sembari menarik tangan Sita.
Gegas mereka keluar untuk menghindari cewek-cewek yang mengejeknya.
Tiba di parkiran CEO sudah menunggu mereka.
Bersambung....
Jakarta, 24 November 2023
Salam literasi