Menggapai Harapan-82
@Cerpen
Dengan rasa haru dan penuh rindu Ridwan memeluk adiknya yang sudah tumbuh dewasa.
Ridwan abang Sita yang sudah lama dinantikan kini sudah ada bersama mereka. Wajah Ibu Sita tampak mengembang tak terlihat lagi wajah sedihnya.
"Dik, ini abang bawa oleh-oleh," ucapnya sembari menyodorkannya kepada Sita.
Ucapan terima kasih terlantun dari bibirnya yang tipis.
Ridwan juga memberi bungkusan kepada Bapak dan Ibunya.
Kini keluarga kecil sudah berkumpul kembali.
Ridwan menceritakan kisahnya selama pergi merantau, sampai akhirnya dia bekerja di perusahaan besar.
Air mata Ibu Sita menganak sungai mendengar kisah anaknya.
Dia tidak menyangka pengalaman pahit yang dirasakan anaknya di rantau.
"Nak, kamu pasti lapar ayo kita makan," titah ibunya.
Ridwan tak ingin menjauh dari ibunya. Kerinduan yang membuncah kini terobati.
"Baiklah Bu, kita makan bersama Ridwan juga sudah rindu masakan ibu," ucapnya sembari memeluk ibunya.
Sita gegas melangkah ke dapur menyiapkan makanan di meja makan.
Semua sudah tersaji.
"Maaf ya bang makanannya tidak seperti di kota!"
"Justru makanan ini yang abang rindukan," balasnya melengkungkan bibirnya.
Ridwan dengan lahap memakan hidangan yang sangat dirindukannya. Rasa senang menyelimuti hatinya.
Usai makan Ridwan memberikan sebuah amplop kepada Ibunya.
"Bu, ini ada Ridwan tabung selama bekerja, terimalah untuk keperluan di rumah," ucapnya senang.
Tidak terasa buliran bening jatuh membasahi pipi ibunya.
"Ibu tidak berharap banyak nak yang penting kamu sehat dan bisa pulang ibu sudah bersyukur,"ucap ibu kembali memeluk anaknya.
"Rumah dan perabotannya sudah patut di ganti Bu," ungkapnya.
Akhirnya mereka berencana untuk merenovasi rumah yang memang sudah layak diganti.
"Pak, Bu, Ridwan hanya diberi cuti satu minggu. Waktu yang singkat ini skan Ridwan manfaatkan," ungkapnya.
Bersambung....
Jakarta, 18 Nov 2023
Salam literasi
