Menggaai Harapan-16
@Cerpen
Ibu Sita sudah terlihat lebih tua padahal usianya dua tahun di bawah Mas Narto.
"Bekerja membanting tulang setiap hari membuat Ibu Sita terlihat lebih tua dari Kak Narto.
Mbak Mirna merasa ada yang kurang dari dari keluarga adik iparnya.
"Dik Maya, sepertinya aku tidak melihat Nak Ridwan ada di mana dia? Tanya Bu Mirna sambil mengarah Maya.
"Ya Mbak, Nak Ridwan sudah lama tidak di rumah. Setelah lulus dari SD dia pergi merantau bersama temannya. Kami tidak tahu keberadaannya saat ini. Dia belum pernah pulang," Maya menjelaskan sembari netranya sembab.
"Oh, begitu rupanya, maaf Dik, kami belum bisa membantu" tukas Mbak Murni.
Walau Narto dan Bu Mirna bekerja namun, untuk membiayai ketiga anaknya masih berat rasanya. Hingga tidak dapat membantu kepinakannya untuk melanjut sekolah.
"Tidak apa-apa Mbak, kami juga mengerti semoga Ridwan baik-baik saja di perantauan," balas Maya Ibu Sita.
Tidak berapa lama, Bapak Sita sudah selesai membersihkan tubuhnya. Dia pun kembali bergabung di ruang tamu.
"Maaf Mbak, Mas, aku tinggal dulu, lanjutkan pembicaraannya," ungkap Maya.
Dia pun beranjak dari kursinya lalu melangkah menuju dapur. Ibu Sinta menyiapkan makanan ala kadarnya, dia tahu Mas, Mbak dan Jingga keponakannya sudah lapar.
Ibu Sita memetik bayam yang ditanam di samping rumahnya. Gegas dia memetik dan memasaknya. Ikan asin dan sambal terasi sebagai lauk disiapkannya. Usai masak ibu Sita menyajikan di meja makan.
Dihampirinya Sita.
"Nak Sita, panggil paman, bibi dan Mbak Jingga agar kita makan bersama-sama," titahnya sembari menyiapkan piring dan lainnya. Sita pun melakukan perintah ibunya.
"Wah, kok repot-repot Dik," ucapnya sembari bangkut dari tempat duduknya.
Mereka pun melangkah ke meja makan. Bau samvel terasi dan ikan asin mengugah selera makan mereka.
Usai melantunkan doa, mereka menikmati hudangan yang ada. Bu Mirna memerhatikan sikap anaknya Jingga yang belum menyentuh makanannya. Dia tidak terbiasa dengan lauk ikan asin.
"Ayo, Nak, dimakan nasinya jangan dilihati saja," perintah Bu Mirna.
Maya yang merasa tidak enak hatinya beranjak dari kursinya. Dia pergi ke kandang ayam meraih telur ayam yang belum diambil saat ayamnya bertelur siang tadi. Lalu menggoreng telur dengan minyak goreng yang tinggal sedikit di dalam botol.
Maya memberikan dadar telur yang baru digoreng.
"Maaf Nak Jingga, Bibi lupa kalau Nak Jingga tidak terbiasa dengan lauk ikan asin.
Maya juga memberi dadar telur untuk Sita anaknya. Dia tidak ingin anaknya merasa dibedakan.
"Terima kasih Bi," ucap Jingga sembari melengkungkan bibirnya.
Akhirnya mereka pun menikmati makanan dengan suka cita.
"Wah, nikmat sekali makannya Dik dengan ikan asin dan sambal terasinya," tutur Bu Mirna.
Usai makan mereka kembali ke ruang tamu.
Sita membersihkan piring kotor bekas makan mereka.
Bersambung....
Jakarta, 30 Agustus 2023