@cerpen
Penantian di Ujung Rindu-27
Istirahat sudah cukup, Pak Hery meminta Bu Lia dan anaknya masuk ke dalam mobil.
"Sudah, Ma kita berangkat."
Pak Hery melajukan mobilnya ke jalan raya.
Tetiba benda pipih Bu Lia berdering. Gegas Bu Lia meraih telpon genggamnya lalu membuka. Tampak di layar nama Nenek.
"Halo, Ma, gimana kabarnya? tanya Bu Lia.
"Kabar baik Nak, sudah sampai di mana kalian Nak. Gimana kabar cucu? Apa masih demam? Tanya Nenek.
"Kabar baik Ma, Lory cucu Nenek sudah tidak demam lagi, tinggal batuknya yang masih ada," balas Bu Lia.
Oh, begitu nak, hati-hati menantu bawa mobilnya, jangan terlalu kencang membawa mobilnya.," Nenek menasihati.
Nenek merasa tenang hatinya usai berbicara di telpon genggam bersama Bu Lia, bahwa mereka baik-baik saja. Nenek akhirnya menutup benda pipihnya. Tiga hari perjalanan akhirnya keluarga Bu Lia sampai di Medan tepat jarum jam berada di angka delapan.
"Puji syukur kepada Tuhan kita akhirnya sampai dengan selamat," Bu Lia melantunkan doanya.
Pak Hery memasukkan mobil di halaman rumah mereka.
"Ayo, anak-anak mama yang hebat turun kita sudah sampai di rumah," tutur Bu Lia dengan gembira.
Pak Hery membuka pintu rumah mereka.
"Akhirnya kita sampai di rumah, lega rasanya," ungkap Bu Lia sembari menggendong Osal.
Osal yang sudah bangun terbengong-bengong saat melihat dia sudah berdiri di dalam rumahnya sendiri.
"Pa, ini rumah kita," ucapnya heran. Baru sebulan meninggalkan rumah, rasanya sudah setahun lamanya.
"Tidak ada Yang Lebih Nyaman Selain Tinggal di Rumah Sendiri," ucap Lia sambil tersenyum sumringah.
Lory yang baru keluar dari mobil lansung masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di pembaringannya.
"Ayo, anak-anak bersihkan dulu tubuhnya biar segar," titah Bu Lia.
8 Agustus 2023