Luka Yang Mendera 28
@Cerpen
Disingkapnya sedikit gorden jendela, alu melihat keluar.
"Ternyata Om Gino yang datang. Loh, Bi Kirin kenapa kok dibonceng sama Om Gino?" tanya Wulan di hatinya.
Gegas Wulan membuka pintu. Dihampirinya Bi Kurin yang baru turun dari motor.
Kakinya yang masih sakit membuat Kirin berjalan pincang.
"Bibi kenapa pincang, bibi sakit ya?" tanya Wulan sedih.
Wulan memapah Bibinya, matanya sembab hingga butiran bening jatuh di pipinya.
" Bibi duduk dulu ya, Wulan buatkan minuman."
Wulan pergi ke dapur, tidak berapa lama dia sudah kembali membawa dua gelas air minum di nampan.
Disuguhkannya minuman untuk Om Gino dan Bibinya.
Wulan meninggalkan Om Gino dan Bi Kirin. Dia masuk ke kamarnya. Direbahkan tubuhnya di atas kasur sembari mengangis. Rasa sedih menyelimuti hatinya.
Senja sudah menurut ke peraduannya, Kirin masih di ruang tamu bersama Gino.
Dik kalau sudah sehat nanti, kami akan datang melamar Dik Kirin. Banyak istirahat ya," Mas Gino memberi nasihat dan harapan."
Jam dinding menunjukkan pukul 19. 00 WIB. Gino bangun dari duduknya ia ingin pulang.
"Terima kasih Mas, sudah menolong Kirin.
Setelah berpamitan Gino melangkah ke luar. Diraihnya kunci motor dari dalam sakunya. Motor pun menyala setelah di stater. Motor melaju meninggalkan rumah kirin.
Jakarta, 4 Juli 2023