Kata kata itu sering terlontar oleh kerabat kerabat dekat saya ketika saya menonton anime, padahal menurut saya bahkan apa yang saya tonton itu benar benar tidak ada unsur untuk anak anaknya.
Lalu, kok bisa dikatain anak kecil sih nonton anime atau baca manga?
Mula mula, saya akan memaparkan definisi dan sejarah singkat Anime dan tersebut berasal
Anime (アニメ)biasanya digunakan untuk mendefinisikan film animasi yang berasal dari negara matahari terbit. Film animasi Jepang pertama kali diketahui pada tahun 1917 dan banyak film film animasi yang kemudian diproduksi di sana. Kemudian pada tahun 1970, terutama dengan karya Osamu Tezuka, kemudian tersebar ke penjuru dunia pada tahun 1980. Osamu Tezuka adalah “ Godfather of Anime” atau perintis anime di negara Jepang, dan disamakan oleh orang orang Jepang sebagai Walt Disney. Karyanya yang produktif, teknik visualisasi yang dipelopori olehnya, dan tema tema inovatif yang ia ciptakan membuat ia dijuluki sebagai “ God of Manga” atau “ Manga no Kamisama”.
Kenapa dikatakan ‘hanya untuk anak anak?’
Tayangan di televisi selalu berputar diantara seri Pokemon, Doraemon, Dragon ball, Naruto dan lain lain, dan anehnya tayangan tersebut selalu diputar dan tidak pernah beres dan berlanjut. Bahkan diulang dari awal lagi seperti Dragon Ball dan Naruto. Dan terkadang saya ingin tertawa melihat iklan tayangan Naruto mengatakan, “ Naruto episode baru dan lengkap!” padahal di Jepang saja Naruto belum sama sekali tamat. Apakah karena tidak mampu membeli lisensi penayangannya kah?
Kembali ke masalah, karena seri seri tersebut selalu dikhususkan oleh anak anak dan mayoritas penotonnya anak anak, otomatis orang dewasa awam pun bilang, kalau kartun itu untuk anak anak. Pengaruh kartun produksi barat juga turut andil mempengaruhi paradigm berpikir kita bahwa anime itu untuk anak anak. Satu hal yang harus ditekankan adalah, jangan pernah mencampuradukkan kartun produksi barat dan anime buatan Jepang. Itu juga yang membuat pola pikir masyarakat Indonesia yang menyamaratakan kartun produksi barat dengan anime Jepang, mengatakan bahwa anime itu untuk anak anak.
Lalu, bukti apa yang mengatakan kalau anime tidak hanya untuk kalangan anak anak?
Pertama, mari kita meninjau 2 contoh seri anime yang pernah ditayangkan di televisi Indonesia yaitu Gundam (Gundam SEED Destiny) dan Evangelion. Kedua seri tersebut sekilas menampilkan robot fiksi yang saling bertarung satu sama lain dan otomatis robot robot animasi tersebut langsung diidentikan oleh tontonan anak anak. Lalu, apa bedanya dengan film animasi Transformers yang kemudian dijadikan Live Action?
Sebenarnya, kalau kita menggali dan menonton Gundam SEED Destiny lebih dalam, sebenarnya ada adegan pembunuhan dengan darah dimana mana, serpihan tangan atau kaki yang terpisah dari tubuh, pilot Gundam yang mati karena kokpit nya ditikam oleh senjata dan tubuh hancur. Selain itu, adegan nude (walau detil tubuh tidak digambarkan dan hanya atas saja) ditayangkan di seri tersebut. Dan lucunya, ada episode yang banyak adegan nudity ditayangkan di televisi dengan sensor yang sedemikian hebat sehingga dari 23 menit 1 episode yang ditayangkan terpotong hingga 12 menit penanyangan.
Evangelion pun sama. Adegan sadis mewarnai seri ini. Terutama mecha-nya yang berasal dari humanoid raksasa dengan tubuh yang menyerupai manusia terpotong potong mulai dari tangan yang mengeluarkan darah yang banyak, kepala hancur dan darah menguur kemana mana pula. Dan pilot nya yang dapat merasakan rasa sakit ketika perut sang mecha diubek ubek oleh monster dan usus berterbangan kesana kemari, apakah itu tontonan anak anak yang pantas kah?
Bedanya dengan Transformers yang masih dalam bentuk kartun jelas sangat berbeda karena Transformers dalam bentuk kartun jelas untuk anak anak, karena tidak mengandung unsur unsur yang telah saya sebutkan diatas.
Dalam beberapa season yang ditayangkan akhir akhir ini di Jepang, saya menemukan anime dengan unsur ecchi dan fanservice begitu kentara sehingga saya simpulkan bukan tontonan untuk anak anak. Seperti MM! Hyakka Ryouran Samurai Girls, dan Seikon No Qwaser.
Jadi, anime itu buruk dong sebenarnya?
Sebenarnya tidak, tergantung apa yang mau kita konsumsi dan kita tonton sesuai dengan umur yang telah sesuai dan tentunya kedewasaan masing masing personal. Banyak sebenarnya anime anime bagus yang ditayangkan di televisi dengan kisah slice of life dan romance yang bagus seperti Hanasaku Iroha, Ef - A Tale of Melodies, atau anime dengan unsur komedi yang dapat ditonton siapa saja seperti Nichijou. Bahkan sebenarnya, banyak anime anime dengan kisah dan cerita orisinil yang inspiratif dan bermanfaat.
Lalu, apabila anime tidak semua untuk anak anak, bagaimana peran orang tua?
Peran orang tua tentu sangat dibutuhkan untuk tahu tontonan anime itu tidak sekedar untuk anak anak sehingga dapat memilih anime anime apa saja yang sesuai ditonton oleh anak anak sehingga anak anak terhindar menonton anime yang tidak sesuai untuk umurnya. Dan tentunya telitilah dahulu anime yang akan diberikan kepada anak anaknya.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah, anime tidak hanya untuk kalangan anak anak saja dan anime dapat diterima oleh semua kalangan baik orang tua maupun remaja. Sebelum mengatakan anime itu untuk anak anak, silakan teliti dahulu lebih dalam apa yang ada dalam anime yang pernah saya sebutkan di artikel ini dan anime anime lain yang beredar di Jepang.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua