Saya melakukan kesalahan fatal minggu lalu di pasar. Padahal niat saya baik, membantu orang tua yang sedang kesusahan mengangkat barang dagangannya. Namun karena tidak ada koordinasi dan klarifikasi, niat baik saya malah membuat saya malu hati. Untung saja saya tidak sempat mendengar ceramah singkat sang nenek.
Saat itu saya pergi ke pasar pagi-pagi sekali untuk berbelanja. Pasar Peunayong, Banda Aceh. Pasar ini adalah pasar tradisional di mana barang-barang kebutuhan rumah tangga dijual, khususnya kebutuhan konsumsi, seperti sayuran, ikan, buah, peralatan dapur, dan lain sebagainya. Banyak yang jualan di sana nenek-nenek yang berasal dari kampung di sekitar Banda Aceh. Usia mereka tidak tergolong muda lagi. Dari keriput di wajahnya, kelelahan dari mukanya, kita bisa prediksi pasti mereka sudah berusia di atas 60 tahun. Namun karena masalah ekonomi mungkin, mereka harus tetap melakukan aktifitas perdagangan dan mencari uang untuk ia dan keluarganya.
Namun pasar ini juga berfingsi sebagai pasar grosir, di mana barang-barang yang dijual di sana dibeli oleh pedagang yang akan menjualnya kembali secara eceran di toko, kedai atau warung mereka. Namun baik pembeli biasa, mampun pembeli untuk menjual kembali menyatu dalam hiruk pikuk pasar. Akibatnya tidak bisa dibedakan lagi.
Saya datang ke sana pagi-pagi sebelum pergi ke kantor utuk mebeli keperluan di rumah. Biasanaya di sini hanya mebeli barang yang akan dikonsumsi satu hari ini saja. Sebab pagi-pagi pertokoan tidak buka sehingga barang kebutuhan lain yang biasanya dijual ditoko tidak dapat diperoleh. Jadinya hanya beli keperluan dapur untuk hari itu saja.
Sesaat ketika hendak pulang, saya melihat seorang nenek yang sedang keleahan berdiri di dekat tumpukan barang-barangnya. Ia melihat ke kiri dan ke kanan seolah mencari orang yang hendak dimintai bantuan mengangkat barang tersebut. Mobil pick up berdiri tidak jauh dari si nenek. Tidak ada orang di sana. Di bagian depan, di mana biasanya sopir duduk juga tidak ada orang. Si nenek sesekali melihat ke dalam mobil dan sesekali melihat kepada beberapa barang yang ada di depannya.
Saya dan nenek itu berpandangan beberapa detik dari seberang jalan. Seolah nenek itu meminta saya membantunya. Saya sedikit tersenyum dan segera datang kepadanya. Saya menunjukkan barang yang ada di depannya dan ia tersenyum. Saya mengambil barang itu dan mengangkat ke dalam mobil pick up yang berdiri tidak jauh darinya. Saya tidak tahu juga apa isi bungkusan yang saya angkat. Bungkusan dari kain itu memang agak besar, mungkin sedikit lebih besar dari plastik kresek hitam besar.
Saya mengangkat dengan susah payah dan meletakkan ke dalam mobil. Setelah sampai di mobil saya segera meletakkannya pada posisi yang pas. Lalu saya kembali mengambil sebuah bungkusan lainnya yang ada di depan si nenek. Saya tidak melihat kepadanya. Namun sepertinya ia berbicara kepada saya, namun suaranya tidak terdengar. Saya langsung mengambil barang itu yang ternyata lebih berat dari barang sebelumnya. Dengan susah payah saya kembali mengangkat barang itu dan membawa ke mobil. Saya harus memanggul ke bahu karena tidak sanggup menentengnya. Sangat berat memang. Mungkin 35 kg.Lumayan juga olah raga pagi, saya pikir begitu.
Setelah selesai, saya lihat pada si nenek. Saya katakan kalau saya sudah selesai membantunya mengangkat barang ke dalam mobil. Tanpa mendekatinya lagi, saya kembali ke seberang jalan dan hendak mengambil sepeda motor. Nenek itu melambai-lambaikan tangannya. Saya balas lambaian tangannya. Saya kira ia tidak bisa bicara dan hendak mengucapkan terima kasih. Saya tersenyum saja dan saya senang telah membantunya mengangkat barang yang berat itu.
Dari belakang si nenek tiba-tiba muncul seorang laki-laki dengan pakaian kerja di pasar, di bagian depannnya sudah kotor, hitam. Mungkin terkena getah pisang atau air kelapa. Ia mendekati si nenek dan nampaknya membicarakan sesuatu. Si nenek menunjukkan tangannya pada mobil, kemudian menunjukkan ke arah saya. Mungkin ia hendak mengatakan kalau saya sudah membantunya mengangat barangnya ke dalam mobil. Saya yang sudah siap hendah pulang hanya tersenyum, menghidupkan motor, dan siap berangkat.
Tapi sekilas saya melihat raut wajah kesal dan marah dari si laki-laki tersebut. Sepertinya ia mengucapkan sesuatu yang saya tidak tahu karena jauh dan diiringi oleh berbagai suara kenderaan di pasar. Namun saya sempat melihat ia bergegas pergi mendekati mobil dan mengambil kembali barang yang sudah saya angkat ke sana, mengangkatnya dan mebawa ke dekat si nenek. Ia mengambil kedua barang si nenek yang sudah saya masukkan ke mmobil. Bahkan ia kembali lagi ke mobil mengambil satu barang lainnya dan membawa ke dekat si nenek.
Saya baru sadar, ternyata si nenek tadi bukan hendak menaikkan barang-barangnya ke dalam mobil, namun malah sebaliknya, ia hendak membawa barang itu turun. Saya salah duga, malah membawa naik barang-barang yang sudah diturunkannya dengan susah payah. Memalukan!
Begitulah, terkadang niat baik saja tanpa pengetahuan dan pemahaman situasi mejadikan masalah lebih buruk, bukan menyelesaikannya.