Dari luar gedung JEC, sudah terlihat keramaian manusia yang berkerumun. Tempat parkir juga lumayan penuh. Saya membayangkan, ini benar-benar pameran besar. Namun pas sampai ke tempat, ternyata bukan hanya pameran buku, di salah satu sisi gedung juga sedang dilaksanakan pameran UKM dari berbagai daerah di Indonesia. Namun demikian, ini bukan berarti pameran bukunya kecil-kecilan, tidak! Pameran buku, ternyata beusaaarrr.... Setidaknya bagi saya yang selama ini di Aceh dan belum pernah melihat pameran buku sebesar ini.
Lalu kalau pameran besar dan buku banyak kenapa stres?
Itulah masalahnya. Sejak pertama masuk ke gedung acara, sudah terlihat stand-stand yang penuh dengan buku. Dari jauh saya sudah melihat berbagai macam penerbit yang sudah tidak asing lagi bagi saya karena sering membaca buku-buku terbitan mereka. Buku-buku bersampul rapi dipajang rapi dan ditumpuk menggunung. ada pula yang dihamburkan dalam sebuah tempat yang dibatasi dengan papan. di bagian depannya ditulis "Obral Rp. 5000" Saya coba mendekat, ternyata komik, majalah, buku komputer, dll yang sejenis. Jujur saja, buku model ini bukan pilihan saya. Namun saya "tersinggung" dengan harganya.
Semakin ke dalam, ternyata semakin hangat. stand-stand seolah berloma memancing pengunjung untuk datang ke tempat mereka. Di sana-sini ditulis harga buku, Rp. 5000, Rp. 10.000, Rp. 20.000. Atau tulisan, diskon 50%, Diskon 75%, atau Raja Obral. dan lainnya. Semakin ke alam, harga buku yang ditawarkan juga semakin menggila. Diskon besar untuk buku-buku besar dan "berat". Saya benar-benar terkejut dengan diskon seperti ini. Maklum, belum pernah berkunjung ke pameran buku beginian.
Hingga, akhirnya saya jumpa sebuah stand yang diskonnya benar-benar -menurut saya- gila! Buku-buku penerbit besar dan -yang selama ini saya anggap benar-benar "buku"- ternyata dijual tidak lebih Rp. 30 ribu, banyak yang bahkan 10-20 ribu saja. Buku-buku yang yang dijual di stand ini bagi saya memang sangat penting, terkait dengan apa yang saya tekuni di kampus selama ini. Bisa saya peroleh dengan harga sedemikian murah, ini alah rizki yang tidak disangka-sangka. Saya seperti kesurupan memilih buku. Andai bapak saya adalah seorang bangkir, atau seorang menteri, atau siapun yang gajinya besar, mungkin saya akan membawa truk untuk mengangkut buku2 itu. Sayangnya, saya hanya seorang mahasiswa yang membiayai kuliah sendiri. Setiap helai uang yang kelur dari kantong harus dipikirkan juga bagaimana cara mencari penggantinya. Ini sungguh bikin Stres!