Bahkan, sampai satu bulan menjelang hari pelaksanaan, sebagian masyarakat masih tidak percaya, kalau kawasan rawa atau diistilahkan masyarakat ‘tempat jin buang anak’ menjadi kawasan olahraga yang diklaim seluruhnya bertaraf internasional dengan nama Jakabaring Sport City (JSC).
Kini, pesimisme itu berangsur menjadi sebuah kenyataan. Jakabaring, yang sejak sepuluh tahun terakhir, hampir tak tersentuh pembangunan infrastruktur, khususnya sarana dan prasarana olahraga, akan menjadi tempat opening dan closing Sea Games ke 26. Orang Sumsel, khususnya Palembang, tentu bangga.
Saya, ingin menggunakan pisau analisis psikososial terkait keberhasilan Pemprov Sumsel dibawah kepemimpinan Alex Noerdin, menjadikan Palembang sebagai tuan rumah. Keberhasilan Alex, menurut hemat saya, ya atau tidak telah menggugurkan adanya stigma ‘budaya lokak’ yang sudah lumrah bagi warga Sumsel.
Budaya lokak, bila disederhanakan artinya, ingin mendapatkan sesuatu dengan jalan yang cepat, murah, tanpa melalui proses yang matang dan terukur. “Ado lokak ndak?” kata-kata itu, sudah menjadi kebiasaan yang memiliki efek sosial negatif. Bahkan, stigma itu juga yang dulu menjadikan beberapa kawasan di Palembang menjadi daerah yang rawan kekerasan dan perampokan.
Pesimisme setahun lalu yang ada dibenak warga Sumsel muncul, karena menganggap mustahil Sea Games di Palembang bisa terwujud. Sementara, proses yang dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder dianggap sebagai perbuatan yang sia-sia. Namun, selama kurang lebih hampir setahun, Alex Noerdin, secara tidak langsung telah berkampanye untuk mengubah stigma buruk itu dengan bukti nyata. Kalaupun masih ada kelemahan dan kekurangan sarana yang belum selesai sampai menjelang pelaksanaan, itu something behind, yang sepenuhnya tak bias disalahkan kepada Pemprov Sumsel.
Sea Games ke-26 di Palembang, memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat Sumsel. Karakter masayarakat yang konon katanya keras dan kasar, harus berubah menjadi santun dan beradab. Sebagai tuan rumah, pertaruhan harga diri Sumsel, bukan hanya suksesnya pelaksanaan Sea Games. Namun juga, bisa melunturkan stigma 'budaya lokak', yang tergantikan dengan budaya cerdas dan budaya kerja keras.