[caption id="attachment_123727" align="aligncenter" width="400" caption="Nunun Nurbaeti, kasus dugaan suap cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. (Foto KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)"][/caption]
Media massa, baik media cetak maupun elektronik, termasuk juga media dotcom, memiliki peranan penting dalam upaya membongkar dugaan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Sebagaimana yang sudah ditunjukan dengan intensitas media saat mengungkap keberadaan sampai Nazar ditangkap, penulis amati media memerankan diri secara maksimal. Pun terkadang, apa yang diungkap media harus berhadapan dengan ’teguran’ kekuasaan. 'Teguran' itu memang pernah terjadi. Salah satunya datang dari Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, yang secara tegas mengeluhkan pemberitaan media, sejak Nazar menghilang dan melarikan diri ke luar negeri pada 24 Mei 2011, sampai KPK menetapkannya sebagai tersangka pada 1 Juni 2011. “Banyak pemberitaan media massa, termasuk media yang selama ini memiliki kredibilitas dan reputasi baik, yang terus memojokkan Partai Demokrat dengan bersumber dari SMS atau BBM (BlackBerry Messenger). Yang saya tak paham dengan akal dan logika saya, justru berita yang bersumber dari SMS dan BBM dijadikan judul besar, tema utama, dan headline yang mencolok. Misalnya, SMS dan BBM yang dikirim orang yang mengaku Nazaruddin, yang sekarang yang bersangkutan masih buron. Tak dikonfirmasi kebenarannya, dianggap kebenaran, dan dijadikan alat untuk menghakimi Partai Demokrat. Dengan segala kerendahan hati, perilaku politik seperti ini tak mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata SBY saat konferensi pers di Cikeas 11 Juli 2011 lalu. Apa yang dikatakan SBY itu, bukan berarti media harus mundur. Selama informasi yang diterima benar dari sumber yang jelas, sumber terpercaya, maka media tak perlu khawatir memberitakaan dugaan kasus-kasus korupsi, khususnya korupsi kelas kakap di Indonesia. Termasuk, keberhasilan ditangkapnya Nazar, media memiliki peranan sangat penting. Penulis sudah menjelaskan itu, Nazar ditangkap, SBY tak perlu lagi salahkan media. Salah satu contoh, bagaimana media berani mengungkap dugaan korupsi itu, dilakukan oleh Harian The Age pada 11 Maret 2011, yang mengungkap pemberitaan tentang presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diduga telah berbuat korupsi dan menyalahgunakan kekuasaan. Harian Australia ini, mengaku telah mendapat bocoran yang ekslusif dari Wikileaks. Secara tegas media ini menyebutkan, SBY dan keluarganya telah memperkaya diri sendiri lewat tangan-tangan koneksi politiknya.
Bisakah Media Ungkap Dimana Nunun Nurbaeti?
KEMBALI KE ARTIKEL