Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Kisah Menjelang Berbuka

17 Maret 2024   14:58 Diperbarui: 17 Maret 2024   14:59 82 0
Di sebuah desa kecil yang terletak di tepi hutan, tinggalah seorang ibu bernama Nur bersama kedua anaknya, Ahmad dan Fatima. Mereka hidup sederhana dalam sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu dan daun rumbia. Meskipun kehidupan mereka serba kekurangan, kebahagiaan dan kasih sayang selalu hadir di antara mereka.

Hari itu, matahari telah mulai meredup di ufuk barat, dan suara adzan maghrib memenuhi udara. Nur sibuk menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa, sementara Ahmad dan Fatima bermain di halaman belakang rumah. Mereka menunggu dengan sabar, terdengar perut mereka mulai keroncongan menanti waktu berbuka.

Saat adzan maghrib berkumandang, Nur memanggil kedua anaknya untuk bersiap-siap berbuka. Mereka berdua segera berlari masuk ke dalam rumah, diikuti oleh bau harum masakan yang sedang disiapkan oleh ibu mereka. Mereka duduk di sekitar meja makan dengan perasaan lapar yang sudah tidak tertahankan.

"Tunggu sebentar, nak," ujar Nur sambil tersenyum lembut. "Mari ibu sajikan hidangannya."

Nur kemudian mengambil beberapa buah kurma dan segelas air putih, lalu meletakkannya di depan Ahmad dan Fatima. Kedua anaknya langsung mempercepat langkah mereka, seolah ingin memakan hidangan berbuka tersebut secepat mungkin.

Namun, sebelum mereka mulai makan, Nur mengajak mereka untuk berdoa bersama-sama. Mereka menutup mata dan merapatkan tangan, mengucapkan doa dengan penuh khidmat. Nur mengajarakan kepada mereka pentingnya bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada mereka setiap hari.

Setelah doa selesai, mereka pun mulai memecahkan kurma dan meminum air putih dengan lahapnya. Senyum bahagia terpancar di wajah mereka, merasakan kelezatan hidangan yang telah lama dinanti-nantikan.

Setelah berbuka puasa, mereka duduk bersama di teras rumah, menikmati suasana senja yang tenang. Nur bercerita kepada Ahmad dan Fatima tentang kehidupan mereka di masa kecil, tentang kebersamaan dan kebahagiaan yang mereka miliki bersama-sama.

"Kalian tahu, nak," kata Nur dengan lembut, "meskipun kehidupan kita tidak selalu mudah, namun dengan kebersamaan dan kasih sayang, kita selalu bisa melewati setiap kesulitan."

Ahmad dan Fatima mengangguk setuju, merasakan betapa beruntungnya mereka memiliki seorang ibu seperti Nur. Mereka bersyukur atas segala hal yang mereka miliki, dan berjanji untuk selalu menjaga kebersamaan dan kebahagiaan di antara mereka.

Malam itu, Nur dan kedua anaknya menunaikan sholat tarawih di masjid desa. Di dalam masjid yang penuh dengan cahaya dan keberkahan, mereka merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak tergantikan. Mereka bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada mereka, dan berjanji untuk selalu bersyukur dan berbuat baik kepada sesama.

Ketika bulan Ramadan berlalu, kebersamaan dan kasih sayang di antara Nur dan kedua anaknya tetap terjaga. Mereka belajar untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada mereka, dan bersama-sama menghadapi setiap tantangan dengan kekuatan dan ketabahan. Bersama, mereka melangkah dengan penuh kebahagiaan dan harapan menuju masa depan yang lebih baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun