Jari-jari tanganku seakan kaku
Otaku mulai gelap
Kertas-kertas itu kini berhamburan
Suaraku bukan lagi auman singa padang pasir
Manusia-manusia kini berlari menjauh
Kotaku seakan kuburan yang dihuni beribu-ribu manusia membisu
Wangiku tak lagi wangi kasturi
Aku terhentak pada lantai yang beralaskan tikar
Semuanya tampak gelap
Tiba-tiba muncul satu titik cahaya putih
Akupun mulai menitah kaki yang kaku
Cahaya itu semakin dekat dan menerangi seluruh ruangan
Cahaya itu semakin mendekat dan terus mendekat
Tiba-tiba aku tersentak di atas cahaya-cahaya putih
Bukan, bukan kamu. Tapi cahaya itu adalah tetap sinar pancaran dari wajahmu
Bukan lagi senyap tapi segalanya adalah pancaran putih wajahmu