Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Kali ke Sembilan

3 Juli 2013   19:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:03 91 0
“Anjing!! Serahin enggak!!??”

“Mati Aja lo!!”

“Bruk!"

"Duess!!

"Brak!!”

Kali ini aku bertemu lawan.
Dua kali jotosanku seperti tak dirasakannya. Bantinganku seperti membanting karet ban. Selalu mental, lalu bangun dan membalas setiap seranganku. Lelaki yang sedianya ku palak itu ternyata melawan sengit. Tak seperti yang kemarin, setiap  todonganku memberi hasil.

Benar-benar,
Untuk yang pertama kali aku ketemu batu.
Badik yang kutodongkan ke pinggang ditepisnya cepat, lalu aku di dorong setengah dibanting.

Untung aku sigap. Kakiku mencelat berputar setelah menindak tanah langsung sebat ku arahkan ke perutnya. Rupanya laki-laki itu siaga, dengan ringan digeser posisinya. Kakiku menerpa angin. “Sial!” Umpatku. Bahkan aku yang gantian di serang. Sikutnya menghujam ke muka. Kutangkis dengan dua telapak tangan yang kutangkupkan.

Aku benar-benar gemas.
Harus  segera kuakhiri perlawanannya.
Kuhentakkan kaki 3 kali ke tanah.
Lelaki itu tampak terhuyung. Kali ini kugunakan ilmu dari moyangku.
Tanah bakal seperti tergoncang laksana digebalau gempa saat kuhentak ilmu leluhur ini.
Benar saja, lelaki itu terhuyung kehilangan konsentrasi.
Tak boleh kulewatkan kesempatan yang tak lama ini.
Dengan gemas kuraih  badik di tanah, dan secepak kilat kuhunjam ke dadanya.

“Jless!”

Darah mengalir deras dari dadanya.
Matanya melotot, lalu rubuh! “Brukk”
Aku sendiri limbung, sempoyongan berapa tindak ke belakang.
Butuh beberapa menit agar seimbang.

Baru  kurasa kuda-kudaku kuat,  tiba-tiba terdengar

“DORR!”

Sebuah tembakan menerpa dadaku.
Dalam sekejab semua gelap.

#

Kucoba membuka mata,
tetapi terasa sangat silau.
Mataku harus beradaptasi dengan ruangan yang remang-remang.

Dimanakah ini?

Tak mungkin di neraka. Tidak terasa panas, seperti cerita ustad jaman kecil saat ngaji di mushola dulu soalnya.
Atau komik surga neraka yang menjadi santapanku saat membaca buku di perpustakaan masjid kampung.

Tak mungkin juga di surga.
Bajingan sepertiku sangat tidak layak masuk surga, dimana orang baik-baik yang bakal jadi penghuninya.
Saat coba ku gerakkan tanganku, tidak bisa. Rupanya ada yang mengikat erat tangan, juga kakiku.
Kali ini para petugas tengik itu tak mau lengah sepertinya.
Beberapa waktu lalu aku sempat  kabur dari rumah sakit akibat bertempur didalam penjara.
Dua orang mati, satu di antaranya ditanganku.
Sedangkan aku sendiri terluka parah di bawah lengan.

Sepertinya untuk kali kesembilan, aku bakalan menghuni sel pengap itu.

Lagi...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun