Dia selalu mengaku eks babu (pembantu rumah tangga di Arab), aslinya Cilacap (katanya, padahal bukan). Anehnya babu kok mengerti banyak istilah kosa kata seperti exist, kasta, nangkring, dan lain lain?
Anehnya pula semua tata bahasa penulisannya memenuhi EYD sampai pada penulisan imbuhan di- ke- me-, semua tepat. Bagi kita ini tak mungkin babu biasa, tapi babu luar biasa atau orang akadaemis yang menyamar jadi babu di Arab atau bukan babu sebenarnya?
Siapakah sebenarnya orang di balik akun 'Atun Sophiatun' ini?
Dari gaya penulisannya maka bisa ditegaskan kalau dia bukan wanita, tapi dia adalah laki-laki tulen.
Dia akademisi setidaknya sarjana.
Dan dia mendekati pada user kompasiana atas nama 'Gemblung'.
Bahkan menurut Bernandang Delta (yang terkenal itu), Atun ini adalah:
"betul ini sih mbah gemblung alias dody purba,,kalo gak si kompasioner baru..melati kertosari yg getol banget mengomentari mslh tkw..http://www.kompasiana.com/anggrek"
Ada banyak cara mengetahui dan melacak pemilik akun ini yang memiliki akun ganda di Kompasiana.
Hal ini bisa dimintai jasa user Hagemaru (hello are you there?).
Pertanyaannya:
Kenapa 'Atun' selalu berusaha menulis dan berkutat pada tema:
'bekas babu jadi ratu bersuami arab badu(i)?'
Karena:
Dia berusaha menyerang dan men-put down beberapa orang, kelompok yang jadi sasaran ketaksukaan 'Atun' ini. Ketaksukaannya itu dengan cara menyamar jadi kelompok itu dan tapi dengan cara yang melucu-lucukan diri tapi sebenarnya hakekatnya ngeledek.
Kenapa 'Atun' malas membalas koment atau ng-inbox?
Karena:
Dia selalu aktif di akun yang lainnya, sehingga malas nge-login lain, karena memang dia hanya ingin menikmati seliweran koment-koment orang tentang tulisannya di lucu-lucukan itu, dan tentu saja ada sedikit kepuasan, karena bisa tertawa bersama, menertawakan 'mereka' yang jadi sasaran lucu-lucuan itu.
Kita bisa menantang 'Atun' ini untuk membuktikan dirinya sesuai yg dia ceritakan secara berulang-ulang itu:
"saya adalah mantan babu sekarang jadi ratu bersuami arab badu"
ini bukan kalimat biasa kalau tak diucapkan berulang ulang, tak mungkin tanpa tendensi apa-apa.
pertanyannya apakah anda punya jawaban:
kenapa dia selalu mengulang-ulang ungkapan itu?
Kenapa?