12 Maret 2012 16:11Diperbarui: 25 Juni 2015 08:09660
1. di Atas Meja
air mata menggenang dada terguncang rembulan pucat, duduk di sisi jendela sepasang mata cinta enggan menyala
aku menjelma angin batu yang melesap ke kudukmu
2. Gerak
petang mengais, mengusir tangis aku gadis, yang memuisi di tubuh dan kaki yang kau tulis mungkin, di temaram rumahmu kutemukan ngilu pada tiap detak jam, rindu memejam lunglai memintal kental kopi yang kau suguhi
3. Mata Mantra
matamu adalah alun yang menjejak laknat di otak yang memendarkan sadar ke riak tanpa prahara matamu, sepasang runcing taring yang menerkam kesenyapan sebab, ada belantara cemara yang sengaja meriuhkan kata
4. Gugur
waktu uzur, melintang di bebaris sayap kupu-kupu untuk hidup yang abu-abu kita seperti abjad kaku, yang sudi membagi airmata pada kertas jelaga sementara, hilir mudik keranda menunggu meminta izin menggotong tubuhku
5. Ranjang
dosaku, bulir debu di ranjangmu, aku nota penjumlahan dosa yang terus melelehkan airmata. cinta hanya bentuk pekik dan lenguh yang terbawa angin ke lengan nista. dalam sudut kegamangan yang meluap ke celah-celah jantung maut. matikan aku, matikan lilin yang bagimu suar, tapi buatku gentar. lepaskan perih pedih, lalu bawa kereta takdir ke ranjang yang baru. maka, aku percaya ada titik-titik pagi yang akan berdiri dan kau pahami. bahwa cinta bukan derit jerit, bukan kerat sayat, tapi ilham yang menyejukkan masa depan
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.