Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Buku, Warisan yang Paling Berharga

1 September 2012   23:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 231 2

Sejak kematian ayah saya, ada banyak pertanyaan di benak saya yang tidak terjawab. Ayah saya adalah tempat bertanya tentang apapun. Ia akan menjawab pertanyaan anaknya hingga saya benar-benar mengerti tentang suatu hal. Kehilangan seorang ayah bukan hanya kehilangan “separuh hidup” saya, juga kehilangan tempat bertanya yang paling nyaman buat saya.

Waktu terus menerus bergulir dari hari ke hari. Detik menuju menit. Menit menuju jam. Bulan menuju tahun. Sudah lebih dari dua tahun, ayah meninggalkan keluarga saya. Sejenak saya tertegun di ruang tengah rumah, merenung “ apa warisan yang ia tinggalkan?”

Ternyata, jawabannya ada pada lemari-lemari buku. Buku, adalah warisan ayah yang harus saya lahap. Kenapa buku? Seorang mamang (adik sepupu ayah) pernah bercerita pada saya, tentang kisah Ali bin Abi Thalib yang ingin memberikan ilmu pada seorang sahabat.

“Jika kamu ingin diberi sesuatu, kamu pilih ilmu atau uang?” Tanya Ali

“Berilah aku ilmu. Dengan memiliki ilmu, dia akan menjaga aku. Dengan aku memiliki uang, tak habis-habisnya aku akan resah dan gelisah menjaga uang”

Dengan meninggalkan buku-buku dalam lemari, ayah telah meninggalkan ilmu-ilmu yang bisa menjaga anak-anaknya agar tidak tersesat di kemudian hari. Meninggalkan buku yang dulu dibacanya. Meninggalkan ilmu yang harus dibagikan untuk masyarakat luas.

Dari kisah Ali tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan. Jika kita memegang uang, berapapun jumlahnya uang tersebut akan habis. Tetapi jika kita memegang buku, akan selalu ada ilmu baru yang bisa kita petik dari sana. Akan selalu ada hal baru yang bisa kita kita gali.

Buku adalah warisan yang paling berharga. Dengan diwariskannya buku-buku ini, ayah saya seakan memerintahkan saya untuk membaca buku-bukunya. Mengembangkan diri sesuai dengan arahannya.

Ilmu dalam buku bukan hanya bisa diwariskan untuk anak, tapi juga untuk masyarakat. Ilmu yang diwariskan orang tua kita, bisa disampaikan kembali kepada masyarakat, agar pahala ilmu itu terus mengalir. Karena, salah satu pahala yang terus mengalir adalah dari ilmu yang bemanfaat.

Dengan buku-buku warisan ayah, saya jadi keranjingan membaca. Begitu juga menulis. Ayah adalah contoh pertama yang mengajarkan membaca dan menulis. mengajarkan untuk kritis dalam membaca, tidak sekadar menelan mentah-mentah isi buku tersebut. Ayah juga mengajarkan saya agar terus membaca.

Ini cerita saya pagi ini, terimakasih telah membaca.

Selamat pagi dan salam semangat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun