DUA pekan lalu, sekitar akhir Maret, saya ingin sekali membuat tulisan dengan judul kurang lebih; “Membayangkan Ramadhan Tanpa Pandemi Covid-19”. Kenapa? Pertama, sebagai Muslim saya tidak atau belum bisa membayangkan bagaimana menikmati suasana ramadhan di tengah wabah virus corona. Sama sekali tak siap membayangkan bagaimana sebulan puasa tanpa hiruk pikuknya shalat tarawih, ramainya jamaah subuh, hingga nikmatnya ngabuburit sore hari, berburu takjil sambil menunggu waktu berbuka. Sedih dan miris membayangkan bahwa nanti, Bulan Suci Ramadhan 1441 H, akan dilalui dalam suasana amat lengang.
KEMBALI KE ARTIKEL