Memang tidak lebih dari sebuah banyolan yang biasa Saya buat. Tapi, bagi Saya tulisan itu bukan sekadar ‘guyon’. Mungkin lebih tepat jika ‘polisi dzolim dan tilangannya'. Dan republik Jancukers ada, menurut Saya, antara lain karena kekecewaan terhadap dunia paradoks ini dan segala kepincangan nalar sosialnya. Pertama kecewa, selanjutnya menjawab permasalahan  dengan budaya.  Sehingga, apa yang ada disana merupakan kritik  bagi dunia yang kita tinggali. Lalu, apa masalahnya jika yang mengatakan adalah saya, manusia pribrumi republik Jancukers, bukannya Sujiwo Tejo, presiden kami?
KEMBALI KE ARTIKEL