Urusan kita hanya sebatas kopi.
Dada menghangat oleh hawanya yang wangi.
Seduh gula susu sekehendak hati.
Menyesapnya mampu mendamaikan ribut pagi.
Urusan kita hanya sebatas kopi.
Lirikannya terasa bagai mata-mata yang mengawasi.
Curi-curi pandang seolah-olah ia adalah pencuri.
Biar tak tahu, ia pura-pura menyesap lagi.
Urusan kita, mungkinkah sebatas kopi?
Namun kutahu ia duduk di sana berhari-hari.
Seolah-olah kursi itu istimewa dan suci.
Dan pelayan membiarkannya lagi dan lagi.
Urusan kita, mungkin sebatas kopi?
Apapun itu, ku tak tertarik sama sekali.
Tapi katanya, kopiku telah dibayar romansa nyali.
Di bawah gelas, sepucuk surat tergolek rapi.
Angka? Ah, aku tahu ini ...
Aku lihai tebak-tebakan dengan pelangi.
Aku lirik si pemilik urusan kopi.
Pura-pura syahdu. Kopi disesap, lagi.