Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

SEL (sosial emotional learning ) dan CASEL (Collaborative academic social emotional learning)

19 Januari 2025   10:09 Diperbarui: 19 Januari 2025   10:09 8 1
Social Emotional Learning
American Association Psychology [2] mendefinisikan social emotional learning (SEL) adalah salah
satu metode pembelajaran yang memberikan pengalaman dalam hal menjaga hubungan kerja
sama, membuat keputusan yang bertanggung jawab, mengelola emosi, memecahkan masalah dan
membangun empati kepada orang lain. Masih dilansir dari laman APA (2020) dikatakan bahwa SEL
merupakan metode pengajaran yang menitikberatkan pada kolaborasi antara guru, siswa dan
orangtua. Lebih dulu, CASEL atau Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning [7]
mendefisinikan SEL sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan
pengetahuan, mengembangkan keterampilan sosial dan emosional guna membangun interaksi yang
lebih postitif dan menumbuhkan empati dalam diri anak. Tidak jauh dari definisi sebelumnya,
Usakli (2018) juga memaparkan bahwa SEL adalah metode yang memungkinkan anak dalam
mengasah keterampilan, kepercayaan dan kemampuan pengelolaan emosinya. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa SEL adalah metode pengajaran yang berfokus pada pengembangan diri
individu baik secara emosional maupun sosial.
Sel pada hakikatnya adalah sebuah metode yang ditawarkan kepada siswa, guru dan orangtua
dalam hal mempersiapkan anak-anak menuju masa depan yang lebih baik , dan untuk mencapai
tujuan tersebut CASEL [7] memaparkan terdapat beberapa komponen yang terdapat di dalam
Social Emotional Learning (SEL) yaitu:
1. Self-awareness, adalah kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan, pikiran dan
dampak dari perilaku yang dilakukannya.
2. Social-awareness, adalah kemampuan untuk mengolah perspective taking, membangun
empati dan kemampuan untuk beradaptasi sesuai dengan norma dan perilaku sosial,
sehingga tercipta hubungan yang kooperatif dan positif.
3. Self-management, adalah kondisi di mana seseorang mampu mengatur pikiran, perasaan
dan perilakunya dalam situasi yang berbeda-beda. Termasuk dalam komponen ini adalah
kemampuan seseorang dalam melakukan manajeman stres serta mampu mengkspresikan
emosi yang dirasakan secara tepat.
4. Relationship skill, merupakan kemampuan dalam hal membangun dan mengembangkan
hubungan yang baik dan sehat serta kemampuan seseorang dalam menyelesaikan konflik.
5. Responsible decision making, adalah keterampilan seseorang dalam membuat suatu
keputusan yang membangun tanpa menjatuhkan orang lain.
Berdasarkan pemaparan di atas diketahui bahwa SEL memiliki lima komponen yaitu, self
awereness, social awareness, self management, relationship skilldan responsible descision making.
 Strategi Social Emotioanal Learning (SEL)
Secara umum, CASEL [7] menjabarkan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mengimplikasikan SEL ke dalam kegiatan belajar dan mengajar. Beberapa pendekatan tersebut
antara lain (1) menyisipkan SEL ke dalam mata pelajaran, (2) membuat kurikulum yang memuat
cakupan SEL, (3) menciptakan lingkungan sekolah yang dapat mendukung pengembangan sosial
dan emosional siswa, (4) menjadikan SEL sebagai salah satu mata pelajaran tersendiri.
Selanjutnya menurut Doughan (2015) pendekatan yang dapat digunakan dalam mengimplikasikan
SEL adalah (1) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, (2) membangun komunikasi yang
sehat dan interaktif antara siswa dan peserta didik, (3) memberikan kesempatan untuk peserta
didik melakukan refleksi dan evaluasi diri, (4) menciptakan suasana belajar yang kooperatif dan
saling mendukung, (5) membangun komunikasi dua arah, (6) menciptakan kurikulum yang memuat
minat dan bakat siswa, (7) memperhatikan individual differences dalam penyampaian
pembelajaran, (8) membangkitkan rasa ingin tahu siswa, (9) mengembangkan sistem pembelajaran
yang kolaboratif, (10), mendesain gaya belajar yang dapat melatih siswa dalam melakukan
pengolahan emosi.
 Stres Akademik
Goveaerts dan Gregoire (2004) menyebutkan bahwa stres akademik merupakan kondisi di mana
seseorang merasa tertekanan akibat proses belajar-mengajar dan segala yang kaitannya degan ilmu
pengetahuan. Sejalan dengan itu, Heiman dan Kariv [14] menjabarkan bahwa stres akademik
disebabkan oleh academic stressor dalam kegiatan belajar-mengajar. Lebih lanjut, Rahmwati [27]
mengatakan bahwa stres akademik merupakan kondisi kesenjangan antara kemampuan siswa dan
lingkungannya. Pernyataan tersebut sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
"Setiap jiwa, baik yang beriman atau kafir, pasti akan merasakan mati di dunia ini. Dan di dunia ini
Kami mengujimu -wahai manusia- dengan berbagai kewajiban, kenikmatan dan kesengsaraan.
Kemudian setelah wafat, kalian pasti akan kembali kepada Kami, bukan kepada selain Kami,
lalu Kami memberikan balasan atas amalan kalian."(QS. Al-Anbiya: 35).
Berdasarkan firman tersebut, jelas dikatakan bahwa Allah memberikan ujian dalam bentuk
kebaikan dan keburukan. Salim Muttaqin [19] memaparkan bahwa ujian kebaikan dapat berupa
rizki, kecerdasan, keindahan, pangkat dan golongan, sementara ujian keburukan adalah kondisi
yang tidak diinginkan seperti sakit, wabah, kecelakaan, bencana hingga kehilangan kerabat.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stres akademik adalah tekanan
akibat stressor yang bersumber dari kegiatan ataupun proses belajar dan mengajar yang dilakukan
siswa. Alvin [1] mengemukakan umumnya stres akademik yang terjadi biasanya disebakan oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi stres akademik adalah pola pikir,
keperibadian dan keyakinan, sedangkan faktor eksternalnya meliputi pelajaran, sistem pengajaran,
tekanan untuk berprestasi tinggi, dorongan status sosial, banyaknya kegiatan yang dilakukan
dengan waktu yang terbatas. Selain itu Strak, White, Rotter dan Basu [28] juga memaparkan bahwa
harapan dan tuntutan orangtua terhadap capaian akademik siswa di masa pandemi COVID-19 turut
menjadi faktor yang mempengaruhi stres akademik pada siswa.
Biasanya seseorang yang mengalami stres akadmik menurut Hardjanah dalm Angraini [4] ditandai
dengan dengan terjadinya perubahan pada keadaan fisik dan sosial emosional, seperti menarik diri
dari lingkungan, gelisah, cemas, mudah menangis, hingga dapat ditandai dengan adanya perilaku
impulsif. Lebih jauh Nurmaliyah [21] mengatakan bahwa stres akademik yang tidak dapat
dikendalikan akan dapat mempengaruhi bagaimana siswa menyelesaikan tugas sekolah dan
berdampak juga pada keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
 Social Emotional Learning (SEL ) dan Stres Akademik Siswa
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, bahwa sistem pembelajaran daring mengakibatkan guru dan
siswa harus melakukan kegiatan belajar dan mengajar dari rumah. Perubahan sistem tersebut
akhirnya berdampak pada pola interaksi antara sesama siswa ataupun siswa dengan gurunya. Dhia
[10] mengatakan bahwa tak sedikit guru yang salah mengartikan bahwa kegiatan belajar dan
mengajar daring adalah memindahan waktu dan beban belajar ke rumah yang tak jarang akhirnya
membuat siswa sibuk, sehinga harus memisahkan diri dari keseharian keluarga.
Kesibukan karena mengerjakan tugas sekolah dan jarangnya waktu bermain membuat siswa
akhirnya rentan mengalami stres akademik. Stres akademik pada siswa jika tidak segera ditangani
maka akan berpengaruh terhadap performa siswa dalam mengikuti pelajaran, mengakibatkan
penurunan motivasi belajar, dan dapat berdampak pada ketidakmampuan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan internal yang akhirnya berpotensi mengakibatkan kegagalan dalam
berprestasi [23]. Lebih jauh, dikatakan bahwa jika stres akademik yang tidak dapat dikendalikan
atau diatasi siswa akan mempengaruhi pikiran, perasaan, reaksi fisik, dan tingkah lakunya ke arah
negatif [21]. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi guna mengatasi permasalahan tersebut.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Insyirah ayat 5-6 yang bunyinya:
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan." (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
Berdasarkan firman di atas, diketahui bahwa setiap masalah pasti memiliki jalan keluar, begitupun
dengan permasalah stres akademik tersebut. Oleh sebab itu, salah satu strategi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi stres akademik pada siswa di tengah pandemi COVID-19 ini adalah
memberikan pengajaran dengan pendekatan atau metode Social Emotional Learning. Metode ini
dirasa tepat untuk mengatasi stres akademik siswa di tengah pembelajaran daring. Hal ini
dikarenakan komponen-komponen yang ada pada SEL dapat membantu siswa dalam mengolah
pikiran, perasaan, tingkah laku bahkan cara bersosial siswa. CASEL [7] menjabarkan terdapat
beberapa komponen dalam SEL antara lain adalah self awereess, self management, social
wareness, relationship skill dan responsible decision making, yang di mana komponen-komponen
tersebut dapat mempersiapkan serta mengarahkan anak ke arah yang lebih baik jika diaplikasikan
secara optimal. Senada dengan ungkapan tersebut, penelitian yang dilakukan Weissberg, Dymnicki,
Taylor, dan Schellinger (2011) mengemukakan bahwa SEL terbukti dapat meningkatkan academic
outcomes siswa, seperti: (1) 23% meningkatkan keterampilan siswa, (2) 9% meningkatkan sikap
untuk pribadi dan lingkungan, (3) 9% meningkatkan perilaku prososial, (4) 9% mengurangi perilaku
bermasalah, (4) 10% mampu mereduksi emosi negatif, dan (5) 11% meningkatkan skor tes siswa.
Akan tetapi, kondisi daring saat ini mengakibatkan perlu adanya modifikasi model pembelajaran
SEL dalam kegiatan belajar dan mengajar. Selama masa pandemi ini kebanyakan komunikasi guru
dan siswa harus dilakukan melalui media elektronik seperti zoom, whatsapp group, skype, maupun
e-mail. Keadaan itu pada akhirya membuat siswa harus menggunakan komputer dan internet setiap
hari. Purna [26] mengatakan saat kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara daring perlu adanya
beberapa modifikasi dalam menggunakan metode SEL. Masih dilansir dari Purna [26] mengatakan
dalam memanfaatkan media teknologi dan informasi dalam memperbaiki mutu pembelajaran
dibutuhkan beberapa hal antara lain (1) siswa dan guru harus memiliki akses yang sama dalam hal
media yang digunakan (2) guru harus mempersiapkan bahan ajar yang berkualitas dan beorientasi
budaya serta (3) guru, siswa dan orangtua harus memiliki keterampilan dalam menggunakan media
untuk mencapai standar pendidikan.
Kegiatan belajar-mengajar secara daring ini seharusnya dapat memberikan manfaat yang positif
bagi kehidupan guru dan siswa. Hal ini dikarenakan media teknologi dan informasi dapat
menyuguhkan sistem pembelajaran yang lebih menyenangkan sebagai upaya mengembangkan
keterampilan sosial dan emosional siswa [26]. Pengaplikasian SEL dapat dilakukan dengan
pembentukan kelompok belajar yang terdiri dari beberapa siswa dengan latar belakang yang
berbeda. Keadaan tersebut sengaja diciptakan agar terjadi interaksi antarsiswa, sehingga terjadi
komunikasi yang memungkinkan adanya pertukaran budaya, komunikasi untuk pemecahan masalah
dan dapat membangun diskusi terkait isu-isu yang sedang menjadi topik hangat di kalangan
masyarakat. Kondisi-kondisi tersebut disinyalir dapat membantu siswa dalam mengaplikasikan
komponen-komponen dalam SEL. Setelah kelompok siswa tersebut tercipta, guru dapat
menyampaikan materi melalui animasi, mindmap ataupun film-film. Iaosanurak, Chanchalor dan
Elizabeth [15] melakukan penelitian dengan metode tersebut dan hasilnya menunjukkan bahwa
pengaplikasian SEL melalui media digital dapat meningkatkan motivasi siswa serta memudahkan
proses transfer ilmu dan menjadikan kegiatan belajar-mengajar menjadi hal yang menyenangkan
serta menurunkan stres akademik yang dialami siswa.
Sederhananya pengaplikasian komponen-komponen SEL dapat dilakukan dengan membangkitkan
semangat siswa terlebih dahulu melalui berbagai metode yang dapat menimbulkan berbagai
pertanyaan. Dikutip dari Belfield, Bowden, Klapp dan Levin [5] guru dapat menjelaskan konsep
dengan kata-kata, vidio, audio, gambar atau kombinasi dari semuanya. Kemudian, setelah itu siswa
memperaktikkan konsep dengan pengembangan keterampilan diskusi kelompok, penulisan individu
ataupun projek. Lalu setelah itu barulah siswa diajak bermain peran untuk menyelesaikan
permasalahan, sebelum akhirnya siswa diajak untuk merefleksikan permasalahan yang telah
diselesaikan. Namun, dalam konteks pembelajaran daring terdapat beberapa tambahan yang dapat
dilakukan guru yaitu mengirimkan berbagai macam materi pembelajaran kepada siswa untuk
kemudian dikerjakan bersama keluarga mereka dan memeriksa pemahaman siswa terhadap materi
yang diberikan [16].
American Association Psychology [2] menyatakan bahwa dalam mengaplikasikan metode SEL pada
masa pandemi saat ini penting untuk melibatkan orangtua. Hal ini dikarenakan anak lebih sering
menghabiskan waktu mereka di rumah dan agar komponen yang terdapat dalam SEL dapat
diimplikasikan dengan optimal. Hal ini dipertegas oleh hasil penelitian Luo, Deng dan Zhang [18]
yang menemukan fakta bahwa stres akademik yang dialami oleh siswa dapat ditekan apabila
mereka merasa bahwa orangtua memberikan keghangatan secara emosional. Oleh kerena itu,
dalam hal ini keterlibatan orangtua sangatlah penting. Komponen social awareness dalam SEL
dapat dilatih melalui interaksi antara komunikasi anak dan orangtua dengan cara orangtua
membagi waktu bersama anak-anak tidak hanya saat belajar, melainkan juga melalui percakapan
yang positif, permainan dan tetap menjalin komunikasi dengan keluarga jauh melalui sosial media
[22]. Peran orangtua dalam memberikan pendidikan sebenarnya adalah hal yang wajib, hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
"Hai orang-orang beriman, jauhkanlah diri kalian, istri-istri kalian, dan anak-anak kalian dari api
neraka dengan mentaati perintah Allah dan menjauhi kemaksiatan. Api neraka itu dinyalakan
dengan jasad orang-orang kafir dan bebatuan yang membara. Yang mengazab para penghuninya
adalah para malaikat yang bengis dan perkasa, dan tidak menyelisihi perintah Allah." (QS. AtTahrim: 6) Pernyataan di atas secara implisit menejelaskan mengenai tanggung jawab orangtua
terhadap pendidikan anak-anaknya. Bersamaan dengan hal tersebut, banyak hadist yang
mengisyaratkan mengenai tanggung jawab orangtua terdapat pendidikan anaknya, diantaranya
ialah:
"Telah bercerita kepada kami 'Abdul Malik bin 'Umair aku mendengar 'Amru bin Maimun Al-Audiy
berkata: Sa'ad biasa mengajarkan anak-anaknya kalimat-kalimat (bacaan do'a) sebagaimana
seorang guru mengajarkan anak-anak kecil menulis dan berkata; "Sesungguhnya Rasulullah Saw
berlindung dengan membaca kalimat-kalimat tersebut pada akhir Sholat (yaitu): "Allahumma Innii
A'uudzu Bika Minal Jubni Wa A'uudzu Bika An Uradda Ilaa Ardzalil 'Umuri Wa A'udzu Bika Min
Fitnatid Dunya Wa A'uudzu Bika Min 'AdzaabilQobri" ("Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
sikap pengecut dan aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada serendah-rendahnya usia
(pikun) dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa
qubur") Lalu aku ceritakan hal ini kepada Mush'ab dan dia membenarkannya." (HR. Bukhari No.
2610).
Berangkat dari firman Allah SWT dan hadist di atas, maka digambarkan dengan sangat jelas bahwa
orangtua berperan penting dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya. Arief dalam
Nurhadi [20] mengatakan bahwa orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anakanaknya, karena dari merekalah anak mulai menerima didikan. Pernyataan tersebut sangat sesuai
dengan kondisi saat ini, di manadengan sekolah diliburkan dan mengharuskan anak untuk belajar
di rumah, membuka kesempatan lebih luas bagi para orangtua untuk terlibat lebih jauh dalam
pendidikan anak-anaknya. Pernyataan tersebut berbanding lurus dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Brown, Doom, Peria, Watamura dan Kopples [6] yang menemukan fakta bahwa
kontrol dan dukungan orangtua merupakan intervensi yang baik untuk mengurangi tingkat stres
anak di masa pandemi COVID-19. Tidak hanya itu penelitian yang dilakukan oleh Prime, Wade, dan
Browne [6];[24] menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua yang menekankan pada kepercayaan,
hubungan dekat dan ketersediaan orangtua kepada anak dapat menurunkan tingkat stres anak
dalam menghadapi situasi yang serba menekan di tengah pandemi COVID-19.
Keterlibatan orangtua dalam pengaplikasian komponen SEL tersebut dapat dimulai dengan
keikutsertaan mereka dalam mendampingi anak-anak belajar di rumah. Dhia [10] menyebutkan
bahwa kondisi yang mengharuskan untuk menjaga jarakmerupakan waktu yang tepat untuk
membangun keintiman dan bounding antara anak dan orangtua, sehingga diharapkan dengan
adanya kolaborasi antara anak dan orangtua akan dapat membuat anak lebih tangguh dalam
menghadapi stres di masa pandemi COVID-19. Dilansir dari situs American Psychological
Asociation [2] dikatakan juga bahwa selama pandemi COVID-19 ini orangtua hendaknya lebih aktif
dalam membangun hubungan yang hangat, dikarenakan di masa pandemi anak-anak kurang
melakukan interaksi dengan orang luar. Lebih lanjut masih dilansir dari AmericanPsychological
Association [3] orangtua juga harus lebih mengerti kondisi emosional dan menaruh empati pada
anak, serta mengajarkan anak untuk lebih bersyukur dan memaknai hidup. Berdasarkan
pemaparan di atas dan bukti-bukti penelitian terdahulu, diharapkan dengan menerapkan seluruh
komponen metode SEL secara optimal dan dilengkapi dengan penggunaan media digital dapat
meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam kegiatan belajar mengajar, yang pada akhirnya
dapat meminimalisir tingkat stres akademik yang dialami siswa-siswi di tengah pandemi COVID-19
yang saat ini sedang melanda Indonesia bahkan dunia.
Kesimpulan
Pandemi COVID-19 membuat sistem belajar mengajar berubah dari luring menjadi daring.
Perubahan tersebut berdampak pada tingkat stres yang dialami oleh siswa, sehingga perlu adanya
satu cara untuk meminimalir peningkatan angka persentase stres akademik. Oleh karena itu,
melalui penerapan model pembelajaran SEL dalam aktivitas belajar-mengajar siswa diharapkan
dapat menekan angka stres akademik siswa. Oleh sebab itu, guru diharapkan dapat menyisipkan
program SEL di dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan serta menggunakan media-media
interaktif yang dapat mendukung suasana belajar menyenangkan. Sementara itu, orangtua pun
penting untuk ikut terlibat di dalam kegiatan belajar anak, sehingga dapat mengerti kondisi dan
tantangan yang harus dihadapi anak sebagai seorang siswa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun