Usia Dini
Berkaitan dengan hubungan interaksi antara satu individu dengan individu
lainnya, manusia juga pada umumnya saling membutuhkan. Berkaitan dengan hal
itu perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif
bagi sosial anak.2
2. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
3. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan
keluarga dalam lingkungan masyarakat.Sehubungan hal itu, dalam kehidupan anak senantiasa "menjaga" status sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam
hal tertentu, maksud "menjaga status sosial keluarganya" itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan yang tidak tepat.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupak keluarga, masyarakat dan kelembagaan.
5. Kepastian mental: emosi dan intelegensi
Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan bahasa secara baik. Pada kasus tertentu,
seorang jenius atau superior, sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya,
karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih
tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat
"menganggap" dan "memperlakukan" mereka sebagai anak-anak.3
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Pada Anak
Usia Dini
Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak
prasekolah atau TK. Faktor ini dapat berasal dari dalam individu, konflik-konflik
dalam proses perkembangan, dan sebab yang bersumber dari lingkungan. Hurlock
(1991) dan Lazarus (1991), menyatakan bahwa perkembangan emosi pada anak
dipengaruhi oleh dua faktor penting4
, yaitu:
1. maturation atau kematangan
Hurlock (1991), memandang pentingnya faktor kematangan pada masa
kanak-kanak terkait dengan masa krisis perkembangan (critical period), yaitu
saat-saat ketika anak siap menerima sesuatu dari luar.Kematangan yang telah
dicapai dapat dioptimalkan dengan pemberian rangsangan yang tepat
(patmododewo, 1993). Contoh dalam perkembangan emosi, pengendalian pola
reaksi emosi yang diinginkan perlu diberikan kepada anak guna menggantikan
pola emosi yang tidak diinginkan, sebagai tindakan preventif.5
2. Faktor lingkungan belajar.
Faktor lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk
perkembangan emosi, erutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak
khususnya ibu atau pengasuh anak. Thompson dan Lagatutta (2006), menyatakan
bahwa perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman
dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab
maupun konsekuensinya.6
Hurlock (1991), mengungkapkan proses belajar yang menunjang
perkembangan emosi terdiri dari beberapa,
7
yaitu:
a) Belajar dengan cara meniru (learning by imitation). Dengan mengamati
hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu orang lain, anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang
diamati.
b) Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). Disini
anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional
yang kuat.
c) Belajar melalui pengkondisian (conditioning). Metode ini berhubungan
dengan aspek ransangan, bukan dengan aspek reaksi. Pengkondisian
terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka,
anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai
situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi
mereka.
d) Pelatihan (training). Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas
pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat
diterima jika suatu emosi terangsang.
e) Belajar dengan coba-coba. Anak belajar coba-coba untuk
mengekspresikan emosi dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan
terbesar kepadanya dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan
sedikit.
c. Kondisi yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Emosi pada Anak
Usia Dini
Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor pematangan
(maturation), dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah
satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak
berarti tidak ada. Reaksi emosional itu mungkin akan muncul dikemudian hari,
dengan adanya pematangan.
1. Kondisi yang Mempengaruhi Emosi Dominan
a) Kondisi kesehatan
Kesehatan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan
menjadi domina, sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi
yang tidak menyenangkan menjadi dominan.
b) Suasana rumah
Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih
banyak berisi kebahagiaan dan apabila pertengkaran, kecemburuan,
dendam, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan diusahakan sedikit
mungkin maka anak akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk
menjadi anak yang bahagia.
c) Cara mendidik anak
Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan metode
hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat, akan mendorong
emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan. Cara mendidik anak
yang bersifat demokratis dan permisif akan menimbulkan siasana rumah
yang lebih santai (relax) yang akan menunjang bagi ekspresi emosi yang
menyenangkan.
d) Hubungan dengan para anggota keluarga
Hubungan yang tidak rukun dengan orang tua atau saudara akan
lebih banyak menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi
ini akan cenderung menguasai kehidupan anak dirumah.
e) Hubungan dengan teman sebaya
Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya maka
emosi yang menyenangkan akan menjadi dominan padanya, sedangkan
jika anak ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman sebaya maka emosi
yang tidak menyenangkan akan menjadi dominan padanya.
f) Perlindungan yang berlebih-lebihan
Orang tua yang melindungi anak secara berlebihan (overprotektive)
yang hidup dalam prasangka bahaya terhadap segala sesuatu, akan
menimbulkan rasa takut pada anak menjadi dominan.
g) Aspirasi orang tua
Jika orang tua mempunyai aspirasi yang tinggi yang tidak realitis
bagi anak-anaknya, anak akan menjadi canggung, malu, dan merasa
bersalah apabila mereka menyadari kritik orang tua bahwa mereka tidak
dapat memenuhi harapan tersebut.
h) Bimbingan
Bimbingan dengan titik berat pada penanaman pengertian bahwa
menglami frustrasi diperlukan sekali-kali dapat mencegah kemarahan dan
kebencian menjadi emosi yang dominan. Tanpa bimbingan semacam ini,
emosi tersebut akan menjadi dominan, terutama apabila frustrasi yang
dialami dirasakan tidak adil bagi seorang anak.8
2. Kondisi yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas Yang Meninggi
1) Kondisi fisik
Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan
yang buruk, atau perubahan yang berasal dari perkembangan, maka anak
akan mengalami emosionalitas yang meninggi.
a). kesehatan yang buruk, yang disebabkan oleh gizi yang buru, gangguan
pencernaan, atau penyakit.
b). kondisi yang merangsang, seperti kaligata atau eksim
c). setiap gangguan yang kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis.
2) Kondisi psikologis
Pengaruh psikologis yang penting antara lain tingkat intelegensi,
tingkat aspirasi, dan kecemasan.
a). perlengkapan intelektual yang buruk. Anak yang tingkat intelektualnya
rendah rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang
dibandingkan dengan anak yang pandai pada tingkata umur yang sama.
b). kegagalan mencapai tingkat aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang
dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
c). kecemasan setelah pengalaman emosional tertentu yang sangat kuat.
Sebagai contoh, akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan
akan mengakibatkan anak takut kepada setiap situasi yang dirasakan
mengancam.
3) Kondisi lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu
banyk pengalaman mengelisahkan yang merangsang anak secara
berlebihan.
a). kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter.
b). sikap orang tua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi.
c). suasana otoriter disekolah. Guru yang terlalu menuntut atau pekerjaan
sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuan anak akan menimbulkan
kemarahan sehingga anak pulang kerumah dalam keadaan kesal
C. PENUTUP
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan social emosional anak
yaitu : keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, emosi, mental
dan lingkungan belajar. Dari factor-faktor tersebut sangat berperan penting dalam
perkembangan sosial emosional anak usia dini. Adapun kondisi yang
mempengaruhi perkembangan social emosional anak yaitu: kondisi kesehatan,
suasana rumah, cara mendidik anak, hubungan dengan anggota
keluarga,hubungan dengan teman sebaya, perlindungan yang berlebihlebihan,aspirasi orang tua dan bimbinngan.