Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

"To Be Like Christ", Seperti Apa ya?

19 November 2013   16:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:56 378 0
Saya sering mendengar khotbah dari mimbar-mimbar Gereja, bahwa sebagai orang Kristen kita harus "to be like Christ." Ketika kalimat ini dikumandangkan oleh banyak Pendeta atau hamba Tuhan, jemaat dengan spontan dan bersemangat mengatakan "AMIINN"..!!!Namun bagi saya pribadi, pernyataan "to be like Christ" sangat amat menggangu jiwa saya dan membuat gelisah diri saya bahkan sejujurnya, iman saya tergugat oleh pernyataan "to be like Christ". Kegelisahan saya adalah ketika jemaat berkata : "AMIN" terhadap pernyataan bahwa sebagai orang Kristen, kita harus "to be like Christ" namun mereka tidak memahami seperti apa "to be like Christ" itu. Ironis, ya sungguh ironis. Jemaat mengaminkan sesuatu tanpa memahami apa yang dimaksud dengan "to be like Christ" itu. Lebih ironis lagi adalah Pendeta atau hamba Tuhan yang menyampaikan pernyaataan itu tidak memberikan sebuah penjelasan yang "terang" mengenai "to be like Christ" itu seperti apa..??!!

Ketika hal ini digugat, maka jawaban yang sering kita dengarkan adalah "beriman" saja, atau "ikut Tuhan itu jangan terlalu banyak pakai logika" atau "Aminkan saja, nanti kamu juga akan mengerti." Jawaban yang bagi saya tidak memberikan sebuah solusi atas "permasalahan" yang mereka (Pendeta atau hamba Tuhan) "buat" sendiri.

Dalam "kegelisahan" nurani saya terhadap pernyataan bahwa sebagai orang Kristen kita harus "to be like Christ", saya mencoba menemukan jawabannya di dalam Alkitab, khususnya kitab-kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) di tambah dengan tulisan rasul Paulus. Bagi saya untuk menjadi orang Kristen yang "to be like Christ" maka kita harus melihat hidup Yesus yang tercatat di dalam Injil dan tulisan Rasul Paulus (Kitab-kitab yang lain seperti PL dan beberapa kitab lainnya di PB juga penting, namun untuk memahami hidup Kristus, maka Injil dan tulisan rasul Paulus menjadi prioritas di dalam menyelidiki Pribadi Yesus).

To be like Christ atau menjadi seperti Kristus bukanlah sebuah angan-angan yang "ketinggian" melainkan sebuah harga normal bagi keKristenan. Menjadi seperti Kristus adalah sebuah standart Allah Bapa sendiri yang harus digenapi bagi mereka yang mengaku Kristen. Namun, pertanyaannya adalah menjadi seperti Kristus itu seperti apa? Sebelum menjawab menjadi seperti Kristus itu seperti apa, maka yang perlu dipecahkan adalah menjadi seperti Kristus, Kristus yang mana, Kristus yang adalah Allah atau Kristus yang menjadi manusia sejati?

Di dalam Pribadi Kristus ada sebuah kenyataan yang mutlak harus diterima dan diamini bahwa IA adalah Allah sejati dan IA juga pernah menjadi manusia sejati dengan cara berinkarnasi. Jika kita harus menjadi seperti Kristus yang adalah Allah sendiri, maka hal itu adalah mustahil, tetapi jika kita menjadi seperti Kristus yang adalah manusia sejati, maka itu sangat amat mungkin. Bagi saya, "to be like Christ" adalah menjadi seperti Kristus yang pernah berinkarnasi menjadi manusia bukan sebagai Allah, karena kita tidak akan pernah bisa menjadi Allah, sebab kita adalah ciptaan dan selamanya akan menjadi ciptaan Allah. Mengapa saya mengatakan bahwa menjadi seperti Kristus adalah menjadi seperti Yesus yang berinkarnasi menjadi manusia? Jawabannya adalah karena di dalam kemanusiaan Yesus ada pola-pola Illahi yang dimanusiawikan dan kita harus mengikuti dan menghidupi pola-pola itu agar kita semakin seperti Kristus.

Untuk memahami hal ini, maka saya mengajak saudara untuk melihat tulisan dalam surat Ibrani 5:7-9 “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” Dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus bukan dikarenakan IA Allah, melainkan Allah Bapa berkenan kepada Yesus karena keadaannya sebagai manusia sejati, IA telah taat sampai mati sehingga IA dimuliakan dan menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat. Dengan kata lain, dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Yesus memberikan sebuah role model manusia yang diselamatkan atau manusia yang berkenan kepada Allah Bapa. Rasul Paulus memahami hal ini, karena itu dalam Roma 8:28-30, menyatakan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”

Bagi rasul Paulus, Yesus menjadi yang sulung diantara banyak saudara, maksudnya adalah bahwa dalam kemanusiaan Yesus, terdapat gambaran Allah atau Pola Illahi yang telah dimanusiakan atau diperagakan oleh Yesus. Selama hidup-Nya sebagai manusia, Yesus memperagakan sebuah kehidupan yang berkenan atau yang diingini oleh Allah Bapa yaitu sebuah kehidupan yang tunduk atau taat mutlak kepada kehendak atau pemerintahan Allah Bapa. Bukti tertinggi dari ketaatan Yesus adalah ketika IA merelakan diri-Nya untuk disalibkan. Ketaatan Yesus inilah yang kemudian oleh Paulus di perbandingkan dengan Adam, manusia pertama yang gagal untuk taat atau tunduk kepada kehendak atau pemerintahan Allah ketika di taman eden (Roma 5). Adam, manusia pertama yang serupa dan segambar dengan Allah telah gagal melahirkan keturunan illahi dikarenakan ketidaktaatannya kepada Allah, padahal sarana untuk taat kepada Allah telah diberikan kepada Adam di dalam gambar dan rupa Allah yang ada padanya. Namun Yesus, berhasil membuktikan bahwa manusia dapat taat mutlak kepada kehendak Allah, karena Yesus menjadi manusia pertama yang mampu untuk taat mutlak kepada kehendak Allah, maka di dalam hidup kita adalah sebuah keharusan untuk mengenakan hidup Kristus selama kita masih hidup. Inilah sebuah alasan logis sederhana dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa hidup seperti Kristus adalah hidup seperti Kristus hidup sebagai manusia sejati yang taat mutlak kepada Allah Bapa.

Dalam perenungan saya, saya menemukan gambaran atau skema besar dari Hidup seperti Kristus.

1.Yesus dalam hidup-Nya tidak terikat oleh Harta Milik dan Harta Benda.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun