Aroma badanku ini tak ubahnya bubuk mesiu yang mendekam di tubuh peluru
setelah lelah mempersenjatai setiap jengkal dendam dengan sekotak teriak yang usang,
padahal aku lebih cinta lumpur
aku menggelutinya setiap hari sepenuh hasratku yang menyembur.
Dan nampaknya aku terjebak dalam rutinitas baru
jatuh cinta di pagi hari
saat buruh tani berteriak merdeka
dalam iringan lagu C.I.N.T.A,
patah hati di malam hari
saat kau menuntut mataku terjaga
memaksaku membuang mimpi jauh-jauh
kedalam kubangan lumpur yang begitu ku cintai itu.
aku hanya ingin belajar menggambar
bentuk hati tanpa moncong senapan
sejak hatiku patah oleh pemerintah
dan jatuh cinta kepada perlawanan kaum papa.
Malang, 3 Oktober 2010.