Untuk apa panci tersebut? Tentu tak lain sebagai teman bicara. Atau bisa juga sebagai tempat mengungkapkan kekesalan kalau-kalau gilanya kumat. Itu biasa bagi Saprol. Penghuni alam raya mengetahui itu. Baik penghuni alam dunia, akhirat, penghuni alam fisik maupun goib, atau penghuni langit dan bumi tanpa terkecuali.
Tapi malam itu Saprol berniat dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tak marah pada apapun. Padahal penghuni alam raya tahu bahwa Saprol sering mengingkari janjinya sendiri. Dan Saprol pun tentu mengiyakan.
Sebuah perkataan dari seorang sufi membuatnya diam seribu bahasa. Padahal Saprol tentu tak bisa menguasai bahasa sebanyak itu. Dan mustahil rasanya kalau ada manusia yang mampu menguasai seribu bahasa, ya kan?
Sufi tersebut mengatakan bahwa di akhirat nantilah sebuah kesatuan itu akan terjadi.
Saprol membenarkan perkataan tersebut. Saprol pun menyadari bahwa perbedaan-perbedaan di dunia haruslah diterima. Bahkan agama pun tidak seharusnya digunakan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan.