Masih gelap di pagi itu. Matahari belum nongol dari balik ujung timur. Sepasang burung keciprit masih mengoak-ngoak berkejar-kejaran di atas langit. Yang satu jantan dan satu lagi betina. Entah si betina itu istrinya, selingkuhannya, atau apa-apanya, aku tak tahu pasti. Aku pun tak tahu kenapa disebut burung keciprit. Padahal suaranya mengoak-ngoak keras seakan-akan terdapat sebuah toak di dalam mulutnya.Â
KEMBALI KE ARTIKEL