Bagai embun pagi hari
Pucuk daun hijau sang melati
Terselip melipat dalam hati
Raden Ajeng Kartini
Sang wanita embun pagi
Pena menggoreskan tinta
Tinta menggores dijiwa
Cakap cemakap mu mendarah daging
Gerak gelagat mu anggun, tak berpuing
Budiluruh mu terkenang
Hingga zaman berkembang
Kuncup mawar yang mekar
Menambah wangi aroma setiamu.
Habis gelap terbitlah terang
Perangai kata mu menguatkan jiwa
Habis gelap terbitlah terang
Kuat jiwa memercik disukma
Derap langkah terdengar
Dari tanah yang kau pijak
Senyum merona bak Puteri jelita memancar
Dari lesung Pipit yang tak koyak
Emansipasi mu nyata,
Emansipasi mu tak biasa,
Kau contoh mulia
Dari wanita dipenjuru Indonesia.
Agung cita mu untuk bangsa
Anggun nurani mu untuk wanita Indonesia.
Gores tinta emas memercik dalam relung dada.
Berdikari dalam jalan terjal harapan bangsa.
Ohhh...Kartini ku..
Dimana aku harus mencari sosok ayu mu.?
Mungkin saat mentari belum menghapuskan embun dipagi.