Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cinta Tak Harus Memiliki

27 Juli 2012   01:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 360 1
Awal perjalanan cinta selalu saja indah. Penuh dengan cerita cinta dan sayang. Gelak dan tawa selalu ada. Membuat hati menjadi hanyut dan larut dalam perasaan. Timbal keyakinan bahwa semua itu adalah sepertinya benar. Benar bahwa memang ada cinta dan memang benar-benar saling jatuh cinta dan saling mencintai. Bilapun ada kemudian yang memberitahu atau mencoba untuk menasehati, semuanya menjadi salah. Malah tak jarang juga kemudian dituduk sirik ataupun cemburu. Dianggap tidak mau mengerti dan tidak mau memahami. Meskipun juga tahu bahwa tidak sepenuhnya orang itu salah, malah tahu banget kalau maksud dari orang itu baik. Yah, namanya juga sedang jatuh cinta. Kalau sedang jatuh cinta, jadinya suka buta dan tuli ya. Sampai kemudian semuanya berubah. Ternyata cinta darinya itu tidak pernah ada. Selama ini dia hanya main-main saja atau hanya mempermainkan saja. Padahal semua sudah diberikan. Segenap hati dan sepenuh jiwa sudah diserahkan. Dia pergi begitu saja dan tak sedikit juga pergi karena sudah memiliki yang lain. Hancur sekali rasanya. Marah, kesal, menangis. Meratap dan menyesal kemudian. Seorang adik tersayang yang bernama satrio utomo ( dik nano )  bercerita tentang kisah cintanya. Dia dulu hampir menikah dengan gadis pujaan hatinya. Surat undangan sudah disebarkan dan bahkan. Pesta sudah siap digelar dan hanya tinggal menunggu waktu saja. Tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba mendapat kabar bahwa pengantin perempuan membatalkan pernikahan. Undangan yang tersebar berganti…bukan namanya dengan gadis pujaan hatinya , tapi orang lain Mungkin banyak yang menyangka bahwa ini adalah sebuah fiksi yang mirip dengan kisah dalam sinetron namun kisah ini dialami oleh adiku yang ganteng yang sekarang ini sedang belajar menulis untuk bisa mengobati luka hatinya. Tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi dia dan bagaimana pula menjadi keluarga besarnya. Habis  pesta yang gagal bukan masalah utamanya, tetapi rasa malu dan rasa bersalah tentu saja tidak bisa hilang begitu saja. Apalagi, tahu sendiri bagaimana manusia kalau menilai. Tidak tahu duduk permasalahan yang sebenarnya tapi sudah berani menuduh, menuding, dan bergunjing. Memang paling enak ya tertawa di atas penderitaan yang lain?! Coba yang kena masalah diri sendiri, baru, deh, nangis-nangis. ( satrio juga nangis tu ) ”Kakakku tersayang, adikmu ini rindu dan ingin mendapatkan pelukan dan nasehatmu, kakakku sayang. Adikmu sedang bersedih dan sedang ingin mencoba untuk bisa melupakan semuanya. Adikmu ini sudah lelah dan ingin bisa hidup kembali. Bantu adikmu untuk menulis segala derita dan luka cinta yang ku alami…. Kejadian ini tentu saja membuat hati menjadi hancur berkeping. Seolah tidak ada lagi harapan dan tidak juga ada lagi kemungkinan untuk bisa mendapatkan hidup yang lebih baik. Tak sedikit yang larut dalam marah, dendam, kebencian dan rasa bersalah terus menerus yang sebenarnya hanya menyiksa diri sendiri. Membuat hati susah dan semakin susah. Membuat semuanya menjadi semakin muram, hitam, dan kelam.Semakin sulit untuk terlepas dan membebaskan diri dari kepungan kabut yang menyelimuti diri Tak sedikit yang mengalami kegagalan dalam bercinta pada akhirnya menutup diri. Rasa takut dan cemas akan mengalami hal yang serupa dan kemudian tersakiti lagi masih ada. Kehilangan rasa percaya terhadap yang lain dan kehilangan juga rasa percaya diri. Tanpa disadari sebenarnya semua ini membuat dirinya semakin rindu dan selalu penuh dengan kerinduan. Alangkah indahnya bila kemudian bisa melepas kerinduan itu dengan berserah diri kepada Sang Maha Kuasa. Alangkah lebih indahnya lagi bila juga disertai usaha dan upaya untuk bisa melepaskan diri. Hanya dengan doa dan berusaha semuanya akan menjadi lebih baik. Bicara tentang takdir dalam kehidupan, kita memang tidak bisa kemudian menjadikan takdir itu sebagai sebuah alasan untuk tidak lagi memiliki kebahagiaan dan menggapai semua mimpi. Meskipun kita merasa sudah tahu siapa dan apa diri kita sebenarnya, tetapi tidakkah kita ingin bisa selalu bersyukur atas semua rahmat dan anugerah yang diberikan oleh-Nya. Biar bagaimanapun juga, susah dan senang, pahit dan manis bukanlah sebuah pencobaaan ataupun ujian dari-Nya. Semua itu adalah pembelajaran agar kita bisa menjadi lebih baik dan lebih siap lagi menghadapi masa depan. Menjadi manusia yang lebih utuh dan bisa memberikan lebih banyak keindahan bagi semuanya. Larut dan tenggelam dalam duka dan sedih lalu menyendiri dalam sepi, meskipun membuat nyaman, namun apalah artinya bila tidak memberikan banyak manfaat bagi yang lain?! Kenapa tidak membantu agar kehidupan menjadi lebih baik?! Kenapa tidak mau memberi dan selalu merasa “kurang”?! Bukankah dengan memberi kita bisa menjadi lebih bahagia?! Bukankah dengan menjadi berarti dan bermanfaat bagi semua adalah ucapan rasa syukur yang sungguh penuh arti dan makna?! Biarlah masa lalu berlalu, jadikanlah pijakan untuk hari esok melangkah. Jadikanlah hari esok menjadi lebih terang dan bersinar. Bebaskanlah diri dan berdamailah. Bila memang memiliki cinta untuknya, berbahagialah untuknya. Berikanlah selalu cinta untuknya dan jangan pernah berharap untuk menerima balasan apapun. Lepaskanlah segala keinginan untuk memiliki itu. Di dalam sebuah ketulusan, tidak ada yang namanya keinginan untuk menerima balasan ataupun rasa memiliki. Yakinlah bahwa Yang Maha Kuasa yang akan memberikan kita lebih baik dan lebih banyak lagi. Apalah artinya pemberian manusia dibandingkan dengan pemberian yang diberikan oleh-Nya. Yakinlah masa depan selalu lebih baik dari hari yang kini dan juga masa yang lalu. Penuhi diri dengan cinta dan selalu berikanlah yang terbaik untuk semua. Biarlah cinta tak selalu harus bersama namun janganlah membuat cinta itu hilang. Cinta itu ada dan ada selalu. Di mana ada cinta yang sesungguhnya di sanalah ada kebahagiaan yang sejatinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun