Agus Salim Tanjung, Ketua Umum (Ketum) Amphibi menyampaikan kegiatan yang dilakukan untuk memperingati HSPN 2024.
"Memperingati HSPN 2024, kita mengadakan acara dibeberapa tempat yaitu 5 Lapas diwilayah DKI Jakarta dan Burangkeng," ujarnya.
Kenapa harus di Burangkeng, lanjutnya mengatakan, ketika berbicara sampah kita akan mengingat kembali kasus tragedi leuwih gajah yang memakan korban sekitar 160 an jiwa akibat longsor dan meledaknya gas metan.
"Musibah itu terjadi karena tidak dikelola dengan baik TPAS tersebut, oleh karena itu kita buat aksi menanam pohon di sekitar TPAS Burangkeng, untuk mengingatkan pengelola TPAS Burangkeng supaya melalukan pengelolaan yang baik agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan setempat," jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, status  perizinan TPAS Burangkeng ini tidak terpenuhi, bisa dikatakan harus banyak pembenahan yang dilakukan.
"TPAS Burangkeng sendiri masih melakukan sistem open dumping dan tidak mengindahkan peraturan dari Dirjen PSLB 3 yang tidak memperbolehkan open dumping," tambahnya.
"Kita melakukan aksi pembenahan yang sudah menjadi ranahnya kita, semua itu perlu kolaborasi dari berbagai pihak," tegasnya.
"Kali ini kita kolaborasi dengan Prabu PL yang merupakan salah satu komunitas peduli lingkungan diwilayah TPAS Burangkeng," imbuhnya.
"Kenapa harus menanam pohon diwilayah TPAS Burangkeng, karena pohon itu bisa menyerap gas metan yang dikeluarkan oleh sampah," terangnya.
Sementara, Carsa Hamdani Ketua Prabu PL, menuturkan, hal senada. "Iya, hari ini Prabu PL bersama Amphibi melakukan aksi peduli lingkungan dengan menanam pohon dilokasi yang  berdekatan dengan TPAS Burangkeng."
Semua itu kita lakukan, ucapnya menutup pembicaraan, untuk merawat dan menjaga lingkungan hidup dari bahaya dampak TPAS Burangkeng yang tidak dikelola dengan baik.
Terpantau dilokasi, setelah melakukan penanaman pohon kedua komunitas peduli lingkungan tersebut saling berdiskusi untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada di TPAS Burangkeng.
(Red)