Banyak sekali guru yang melupakan tugas utama mereka sebagai pendidik. Kebanyakan hanya mengajar, mengajar , dan mengajar. Asalkan materi yang direncanakan sudah tersampaikan, berakhir sudah tugasnya sebagai guru. Memang di atas kertas seorang guru mengajar mata pelajaran A, B, C, dan seterusnya, tetapi hakikatnya mereka itu dituntut untuk memberikan pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan moral, pendidikan karakter, pendidikan tentang nilai-nilai luhur budaya kita. Akan tetapi mereka kadang lupa atau mungkin sengaja melupakan itu.
Banyak faktor yang membuat guru-guru kita menjadi seperti itu. Salah satunya adalah kurikulum. Seharusnya yang diterapkan adalah kurikulum karya Ki Hajar Dewantara, di mana beliau tidak menyebut sekolah dengan nama SEKOLAHAN tetapi Beliau menyebutnya dengan nama TAMAN SISWA. Dari namanya saja sudah taman. Taman adalah tempat dimana seseorang atau dalam hal ini adalah siswa dapat memperoleh kebahagiaan. Dengan kebahagiaan akan mengantarkan mereka kepada kemurnian, keaslian mereka. Bukanya mengantarkan mereka menjadi anak yang dipaksa oleh kurikulum. Padahal kita ketahui bersama kurikulum-kurikulum yang berjalan akhir-akhir ini adalah cetakan orang luar negeri. Itu artinya sudah merubah siswa dari keaslian budayanya. Ini sangat tidak tepat.