Kedua, angkat anak-anak dan orang dengan gangguan pernafasan kemudian gendong di bahu agar mereka lepas dari kerumunan di bawah. Posisi mereka di atas akan membuat mereka memiliki ruang lebih banyak untuk bernafas. Pada situasi yang memungkinkan, kita dapat menggiring anak-anak dan orang dengan gangguan pernafasan untuk dibawa di atas kepala kerumunan menuju tepi atau evakuasi dari udara (atas) guna mendapat ruang yang lebih aman.
Ketiga, jangan panik, perhatikan jalur evakuasi, dan dengarkan arahan petugas. Perasaan engap dan tekanan pikiran akan memicu penyempitan pernafasan yang membuat jantung kekurangan oksigen yang berujung pada gagal jantung. Tetap tenang dan ciptakan jarak seperti langkah pertama, kemudian perhatikan sekitar anda manakah yang harus lebih dahulu di keluarkan dari kerumunan, entah berdasarkan posisi jalur evakuasi atau klasifikasi kelompok.
Terakhir, kita telah belajar dari Pandemi, untuk segala sesuatunya 75% kapasitas saja, kedepannya hal ini seharusnya menjadi gambaran bahwa sebaiknya untuk menyelenggarakan suatu acara yang berkerumun maka kapasitas hanya 75-80 % saja agar 20-25% sisanya dapat digunakan untuk bergerak dan tidak sampai terjadi penumpukan atau terhimpit karena sedikitnya ruang gerak.
Kini, apresiasi tinggi bagi kepolisian dan promotor konser dan salut pada salah satu grup band ternama Indonesia yang telah dengan bijaksana menahan diri menangguhkan konser yang menghadirkan kerumunan massa tersebut sampai pada waktu yang memungkinkan dan telah menjaga keselamatan bersama.
Sementara waktu, hindari kerumunan, bahkan termasuk kerumunan kemacetan, karena potensi kepanikan ada dimana-mana. Jaga selalu dengan doa dan kewaspadaan. Sehat sejahtera untuk kita semua.