Darmo, dengan segenap kesedihannya, berjalan sempoyongan. Setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatap sinis. Darmo melihat sebuah warung remang-remang di sana. Dari kejauhan warung itu terlihat ramai. Darmo memesan sebotol bir sebelum duduk. Pemilik warung remang-remang menatap sinis padanya. Darmo meneguk bir sembari sekuat tenaga menahan tangis. Â Tak ada yang peduli dengannya. Dengan kesedihannya. Dengan setiap tetes air mata yang jatuh. Malam itu, ia hanya ingin hidup di dasar botol bir.
KEMBALI KE ARTIKEL