Rumangsa diartikan sebagai tingkat rasa seseorang. Kalau dibahasa Indonesiakan artinya merasa. Pada kata merasa itu juga terkandung makna jika kita perlu memiliki kesadaran diri.
Belakangan ini, saya melihat filosofi rumangsa mulai pudar. Seperti anak-anak yang tak lagi rumangsa kepada orang tuanya. Di antara mereka banyak yang berani melawan hingga menelantarkan orang yang sudah melahirkannya tersebut. Tak cuma itu, hilangnya rumangsa ini juga saya lihat ada dan mengakar pada diri Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi.
Semua berawal dari kritikan TikToker Bima yang menyinggung banyaknya jalan rusak di Lampung. Dari sini bau ketidakrumangsaan itu tercium. Sebab, Arinal sebagai gubernur malah tak terima bahkan keluarga Bima sempat didatangi pihak berwajib. Saya nggak habis pikir, mengapa gubernur dari Partai Golkar ini terlihat begitu anti kritik sekali. Tapi sudahlah itu sudah berlalu lama.
Lalu yang terbaru, saat mengetahui Jokowi dan Menteri PUPR Basuki mau mengunjungi Lampung untuk melihat, Arinal mulai menggarap titik jalan rusak itu. Namun jauh panggang dari api. Bukannya Jokowi melewati jalan yang sedang digarap itu, malah berputar melalui jalan lain. Arinal praktis terkena prank Jokowi.
Oh iya fyi nih, Arinal ternyata mengunjungi lokasi jalan rusak itu tidak menggunakan jalur darat loh. Tapi memakai helikopter, buset. Sekelas Presiden saja mati-matian mengecek jalan rusak dengan kendaraaan mobil dinasnya. Lah ini sekelas gubernur malah pakai helikopter.
Menurut pengakuan warga, jalan rusak di beberapa titik itu sudah puluhan tahun tak diperbaiki. Empat tahun kepemimpinan Arinal dengan APBD yang hampir Rp 7 triliun, nyatanya tak mampu memberikan solusi perbaikan jalan untuk masyarakat. Kalau alasannya karena minim anggaran, tentu sangat tak masuk akal. Sebab selalu ada cara termasuk pemanfaatan dana kabupaten/kota atau CSR perusahaan.
Bahkan yang bikin saya agak greget juga dengan kepemimpinan Arinal ini, saat Jokowi bilang di hadapan media akan mengambil alih 15 ruas jalan di Lampung untuk ditangani pusat, serta menyiapkan anggaran kurang lebih Rp 800 miliar, Arinal kelihatan kegirangan bukan main. Dia tepuk tangan serta mengembangkan senyum bahagia di wajahnya.
Wajar saja kalau akibat tingkahnya ini, Arinal dihujat netizen. Soalnya Jokowi sudah jelas-jelas ngomong kalau jalan itu ada peruntukkannya. Pusat ya ngurusin jalan pusat, provinsi ngurusin jalan provinsi, begitu juga kabupaten/kota. Lah ini, yang seharusnya menjadi tanggung jawab Arinal, malah kegirangan saat diambil alih Jokowi.
Walau pahit, tapi dari Arinal kita belajar jika dalam memilih pemimpin menyongsong 2024 haruslah yang pintar rumangsa. Darimana kita tahu seorang pemimpin rumangsa atau tidak? Iya tentu dari latar belakangnya dan rekam jejaknya. Selain itu, jangan seperti Arinal juga yang bahkan tak tahu nama daerah yang mengalami kerusakan jalan.
Artinya, ketidaktahuan Arinal akan nama daerah di wilayahnya itu menandakan dia tak serius dalam memimpin. Bahasa kasarnya dia tak peduli dan tak melayani rakyat dengan baik. Menyongsong 2024 mendatang, kita haruslah pintar dalam memilih. Soal Arinal, jadikan dia ini bukti kalau kepemimpinan tak bisa dipegang sembarang orang. Tapi harus yang siap selalu rumangsa.
Lalu kalau saya ditanya siapakah pemimpin yang paling rumangsa di antara tokoh-tokoh yang menduduki survei elektabilitas capres tinggi, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Maka saya akan jawab Ganjar Pranowo. Pengalamannya dua periode di senayan, serta dua periode menjadi Gubernur Jawa Tengah adalah bukti kerumangsaannya sudah teruji.
Kalau tak percaya, lihat saja rekam jejaknya di Jateng yang sangat terbuka dengan kritik dan masukan. Bahkan soal pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan pun gencar dilakukan. Ribuan jalan provinsi telah berhasil gubernur rambut putih ini lakukan. Lalu pembangunan jalan kabupaten/kota, desa juga didorong terus dilakukan.
Sebagai seorang pemimpin, Ganjar tak takut meminta maaf kalau salah. Serta selalu mengatasnamakan kolektif jika berhasil menyelesaikan program kerja dan mendapat penghargaan. Ini adalah wujud sejati dari rumangsa. Seorang pemimpin yang mau merasa dan sadar diri akan posisinya. Dengan begitu, pembangunan fisik maupun kemanusiaan akan mudah digapai. Sekian. Kira-kira bagaimana menurut Anda?