Kopi bagi saya bukan hanya soal sekedar kegemaran, lebih dari itu sudah menyangkut seni rasa di lidah dan di hati, mulai dari memilih biji, lalu menggiling sampai menyeduh saya lakukan sendiri. Perjalan panjang saya mengenal kopi sejak dari SD kelas enam, ketika itu pulang sekolah hujan-hujan bersama teman-teman, setiba di rumah terserang demam badan keluar keringat dingin. seketika Ibu saya di suapi air kopi, sesaat kemudian badan terasa hangat. Dari situ awalnya saya mengenal rasa kopi dan manfaatnya. lalu jadi keterusan, sehari tiga cangkir kopi, kala pagi hari, siang jelang sore dan malam hari. Bila ada teman/tamu bisa empat-lima cangkir. Ketika itu secangkir kopi hadir di keluarga hasil dari kebun belakang rumah, cukup banyak 40 pohon. Bila berbuah saya selalu membantu memetik, mengupas, mencuci dan menjemur bila kering dimasukkan dalam karung goni lalu disimpan di para-para dapur. Satu tahun kemudian baru kopi-kopi tersebut diolah secara tradisional di sangrai memakai wajan tanah lalu di tumbuk memakai alu di lumpang batu, kemudian disaring sampai halus, lalu disimpan dalam toples. Sistem pengambilan berurutan, panen tahun ini akan di olah tahun depannya. Kala itu saya belum ngeh/ngerti kenapa kopi harus di simpan lama, pernah saya tanyakan ke Bapak jawabnya pendek "Biar rasanya mantab" Namun dengan suka membaca, akhirnya menemukan artikel tentang kopi dan sejarahnya (silahkan search di mbah google), saya baru mengerti kopi bila disimpan lama akan menghilangkan rasa kecut/asamnya dan mengurangi kandungan kalorinya disamping itu ada rasa/taste yang sulit saya tuliskan. Seiring perjalan waktu dan perkembangan jaman, pohon kopi di tebang, berakhir pula olah kopi, lalu berganti konsumsi kopi kemasan. Saya sendiri mulai berpetualang sejak SMA, sampai sekarang masih sering mencicipi berbagai kopi baik tubruk maupun kemasan dari mulai kopi produk lokal, Aceh/Medan, Lampung, Sulawesi, Bali, dan kopi Luak pun pernah saya icip-icip. Saya berpendapat semuanya punya taste dan penimatnya. Sebab terkait seni rasa/taste di lidah dan di hati, nikmat tidaknya produk masing-masing daerah/kemasan saya kembalikan pada penikmat kopi itu sendiri. Bila ingin tahu tentang filosofi kopi lebih jauh baca
di sini, Tentu bagi saya pribadi, paling nikmat menikmat secangkir kopi hasil racikan sendiri, mulai dari memilih biji lalu mengkombin dua jenis kopi Arabika dan Robusta. Hal tersebut saya lalukan sejak empat tahun yang lalu dengan seringnya keluar masuk pasar tradisional Pasar Wage Purwokerto akhirnya menemukan biji-biji kopi kering dengan berbagai harga tergantung kualitasnya, ada juga yang sudah di sangrai dan di giling tinggal pilih, sesuiakan isi dompet dan selera. Gambar di bawah ini salah satu tempat penjual kopi.
KEMBALI KE ARTIKEL