Pengalaman kerja di belakang meja, tentu sangat beragam ceritanya. Bila ada seribu satu meja kerja, disitu ada seribu satu cerita dibaliknya. Demikian juga cerita saya saat bekerja di balik meja. Ketika bekerja di Perusahaan Asing, bergerak di bidang alat-alat berat tambang Batubara berkantor di Batakan Balikpapan dan Sangatta, Kalimantan Timur. ditempatkan di bagian Staff Administrasi.
Ruang lingkup kerja saya, bagian administrasi. Salah satunya, membuat laporan, menduplikat dan menyimpan berbagai dokumen. Otomatis penggunaan ATK cukup banyak. Dari balik meja kerja, saya banyak sekali belajar tentang hal-hal yang ‘sepele/kecil’. Seperti:
Pemakaian Steples.
Minggu pertama kerja, ketika saya memberikan kertas kerja pada General Manager (berikutnya saya tulis GM) saya langsung dapat teguran, berkaitan dengan pemakaian steples kecil, bagi saya ‘sepele’. Ternyata, bagi GM bermasalah. Saya diminta menyatukan dokumen menurut berkasnya, setelah itu di steples jadi satu, memakai steples besar. Menurut pendapatnya, menghemat pemakain steples kecil. Dan sayapun disuruh menghitung pemakaian steples kecil, total duapuluh lima steples, bila memakai steples besar hanya memakai lima steples, karena jadi lima bendel dokumen.
Pemakaian Kertas Bekas.
Ketika masuk minggu kedua, saya dapat tempat sampah dua buah dari Sekretaris GM. Awalnya saya bingung, untuk apa tempat sampah plastik sampai dua?. Setelah mendapat penjelasannya. Satu tempat khusus untuk kertas yang gagal print atau bekas dokumen/bekas fax yang tidak penting dan dibaliknya belum digunakan. Tempat sampah satunya, untuk kertas bekas yang sama sekali sudah tidak bisa di pakai. Siang jelang sore, GM ke ruang kerjaku. Disamping urusan kerja GM mengecek penggunaan tempat sampah.
Nah disitu aku di ajak diskusi, tentang pemanfaatan kertas-kertas bekas yang masih bisa digunakan, misal untuk menulis memo antar departemen, dan Fotocopy dokumen tidak penting, cukup memakai kerja bekas yang di balik dan coret bagian yang ada tulisanya. Pantas saya sering dapat memo dari GM kertas bekas. Dan di meja GM ada dua tempat sampah.
Pemakaian Pulpen, Pensil, Penggaris dan Penghapus.
Pengambilan kebutuhan ATK setiap bagian kerja, dicatat oleh sekretaris GM. Belum genap satu bulan kerja, pulpen saya ketelingsut entah kemana, saya minta lagi ke Sekretaris GM. Akhir bulan kemudian, GM masuk keruang kerja duduk santai di atas meja kerjaku. Lagi-lagi aku kena tegur, supaya hemat dalam pemakain ATK. Bigbos tanya ada berapa bagian di Kantor ini? coba hitung kalau setiap bulan setiap bagian kehilangan ATK?.
Disitulah saya mengalami gegar budaya kerja. Gegar budaya kerja yang saya maksud terkait dengan kebiasaan saya yang sering/suka menyepelekan hal-hal yang ‘sepele/kecil’ seperti pemakaian ATK.
Awalnya dalam pikiran saya terbersit “Bule pelit” . Namun, dari teguran hal-hal ‘sepele/kecil' tersebut saya belajar, bahwa sebesar apapun perusahaan kalau mengabaikan hal ‘sepele/kecil’, lama-lama akan membebani anggaran perusahaan tersebut. Dan saya selalu saya ingat pesan GM: Sesibuk apapun harus menyempatkan waktu satu bulan sekali, untuk memperhatikan dan pengecekan hal-hal yang kelihatan ‘sepele/kecil’, misal pemakaian ATK . kalau mengabaikan hal-hal yang ‘sepele/kecil’ apapun bentuknya, akan merugikan perusahaan dan dampaknya ke pekerja.
Sudahkah anda, Pemimpin/Kepala/Direktur/Pekerja/Pegawai diberbagai Instansi, Perusahaan Negeri/Swasta dan usaha sendiri memperhatikan hal-hal ‘sepele/kecil-kecil’ dilingkungan kerjanya?
.
Salam hemat.