Hari Pahlawan berlalu sudah, Pahlawan tapak tilasmu tinggal kenang, jejak-jejakmu melayang tersapu jaman, menghilang, ketika kau melangkah kedepan tiada bayang, hanya tinggal kenang di Hari Pahlawan. Setelah itu.....
Lahir beribu Pahlawan kesiangan, berteriak lantang aku datang membawa keadilan, aku datang membawa kemakmuran, aku datang mengentaskan kemiskinan, aku Pahlawan… berkacak pinggang, merobek jasa para Pahlawan. Ruh perjuangan terbang melayang, entah kemana sekarang.
Lihaaat…………
.
.
Dijalanan anak-anak kecil meradang, perut kecil keroncongan ingin diisi makan. Tangan tengadah menanti uang untuk beli makan, lalu lalang sedan-sedan pemakan sandang pangan, bersliweran penuh kesombongan. Membuang jejak asap-asap hitam membedak muka-muka anak jalanan, hitam kelam. Meninggalkan karbon monoksida mengisi paru-paru dan merusak otak mereka. Mereka ingin perut-perut keroncongan diisi nasi, sayuran dan otak mereka dengan pendidikan.
Anak jalanan hanya ingin logam dan lembaran uang, lebihan beli berlian, emas, yang menggantung di leher dan di lengan tuan nyonya. Mereka tengadah tangan, bukan mau mereka, mereka ingin pendidikan.
Mereka, menanti uluran tangan pengentasan anak jalanan, mereka ingin diberdayakan diberi pendidikan, syukur dengan sedikit imbalan, buat Emak yang sedang menjaga gubuk-gubuk kardus di pinggir jalan, supaya jangan ditendang preman-preman berseragam, berlindung dibalik peraturan.
Mereka, menanti Pahlawan-pahlawan pengentasan kemiskinan datang, buat ditulis dengan tinta emas dalam sejarah, masa depan. Memberi mereka pendidikan bukan preman berseragam tiba-tiba datang, membuang mereka dalam rumah gelandangan. aku diam, aku yang terbuang.
.
Purwokerto, 12 November 2011
.
Inspirasi saat di jalan melihat penertiban anak jalanan, digelandang bak anjing jalanan di Jalan Makam Pahlawan. Kutulis sayatan hati secara instan saat warung sepi, bila tidak berkenan jangan dimasukkan hati, terimakasih.
sumber gambar disini