membawa lebih sedikit dolar,
boleh jadi Menlu harus cepat revisi anggaran
Boleh jadi wajah Menkeu lagi dirundung mendung,
walau terpaksa senyum di depan kamera wartawan.
Ya, nilai tukar dolar naik .
Katanya, dipicu ekonomi Amerika Serikat
yang tumbuh meningkat.
Dan importir pun harus tarik nafas.
Saldo kasnya tak cukup beli barang
karena lebih mahal.
Pening kepala Menkeu
tidak menyetrom anak-anak pedesaan Malang.
Masih saja mereka riang bersiul beli kue dolar di warung sekolah.
Masih saja bapak-bapak mereka asyik mencangkul.
sambil sesekali rehat minum kopi dan menyantap tiwul.
Masih saja ibu-ibu mereka tak gerah menanak nasi
sambil nonton tivi.
Ketika seorang anak ditanya wartawan
apa tidak resah dengar kabar dolar naik.
Sang anak menjawab manja :
“Mengapa mesti susah, kan kita tinggal makan ? ”
Ketika seorang bapak ditanya wartawan
apa tidak resah dengar kabar dolar naik.
Sang bapak menjawab tegas :
“Gak pateken dolar naik, kan urusan pemerintah !”
Ketika salah satu ibu-ibu ditanya wartawan
apa tidak resah dengar kabar dolar naik.
Sang ibu menjawab :
“Babahno dolar naik, kan uang belanja urusan suami ! “
Besoknya ada tulisan di media lokal
dengan judul “Babahno Masih Merakyat Saat Dolar Menguat”
Bogor, 13-3-2015
Catatan : (1) Sebagai memori terkait naiknya nilai tukar dolar yang mencapai Rp 13 000, (2) Babahno (bahasa Jawa) = Biarkan, (3) Gak patekken (bahasa Jawa) = Tidak kena dampaknya..