9 Maret 2019 09:03Diperbarui: 9 Maret 2019 09:34990
"Yang diam tak pernah ada,,, Yang ada tak pernah diam,,, ,,,Tak pernah ada yang diam." (Soe Har Jie)
Sekelompok pendaki terdiri dari empat orang manusia sedang berjalan menuju puncak sebuah gunung, di tengah perjalanan, mereka mendapati sebongkah batu besar menutup jalan sehingga menghentikan perjalanan mereka.
"Pendakian kita telah selesai, kita tidak mungkin menyingkirkan batu itu, kita kembali pulang saja!" Kata salah seorang diantaranya menghadapi hal seperti itu.
"Sebentar! Kita bisa berfoto dengan fenomena batu ini, bukankah Tuhan memberikan anugrah besar pada kita kali ini, ini suatu hal yang langka, kita tidak boleh melewatkannya!" Seorang lagi langsung mengambil kamera dari tasnya dan berselfi ria dengan latar belakang batu tersebut.
"Tunggu tunggu! Batu ini datang dari mana? Apakah hanya sekedar menggelinding saja dari atas? Lihat! Batu ini mempunyai warna yang unik, aku akan mengambil beberapa serpihannya untuk kuteliti kandungan mineralnya, beberapanya juga mungkin akan aku jadikan mata cincin akik terbaru, kita bisa kaya!" Timpal orang ketiga mengamati batu besar itu.
"Sebegitu mudahkah kita menyerah pada apa-apa yang menghalangi jalan kita mencapai tujuan awal? Ini adalah permasalahan yang akan menguatkan kita kawan! Ini adalah tantangan, dan kita harus menghadapinya!" Tukas yang keempat.
Dari cerita singkat tersebut, sebenarnya kita bisa mengambil pelajaran untuk bagaimana kita bersikap, terutama saat menghadapi tantangan kehidupan. Tantangan terbesar saat ini adalah berkembang pesatnya teknologi, dari hari ke hari semakin bervariasi, jika tidak diperhatikan dan diolah dengan baik tentunya bukan tidak mungkin hal ini yang akan membunuh manusia itu sendiri, terutama yang berkaitan dengan sifat moral dan kealiman hati nurani.
Generasi muda Nahdlatul Ulama menjadi perhatian terbesar dan terpenting, karena Pelajar NU adalah benih penerus perjuangan para Kyai dan pejuang negara Indonesia kita tercinta. Jika sampai para mudanya terlena, mudah menyerah dan egois menghadapi tantangan teknologi, maka tunggu matinya saja bangsa ini.
Kita tentu ingat pepatah; 'Hanya ikan mati yang terbawa arus.' Artinya kita tidak boleh membiarkan diri terseret oleh arus globalisasi atau modernisasi tanpa kita bisa memegang kendali. Pelajar NU boleh bersuka ria menggunakan teknologi sebagai hiburan diri, tetapi tidak boleh jika sampai tenggelam di dalamnya dan sampai melupakan kewajibannya. Justru sebaliknya kita harus bisa mengendalikan teknologi sebagai media untuk memudahkan tegak berdirinya visi organisasi dan dakwah islam rahmatan lil 'alamin. Ingatlah kita akan pesan kanjeng Sunan Kalijaga; 'Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli', kita bisa update sesuatu yang kekinian, tetapi kita harus bisa mengendalikannya agar tidak mati karena ternyamankan tenggelam di dalamnya. Ingat! Belum tentu yang nyaman itu aman.
'Kau tenggelam itu bukan karena kau tidak bisa berenang, tetapi kau tenggelam karena kau hanya diam.' (Anonym).
Lalu bagaimana peran gerak IPNU/IPPNU saat ini?
SADAR
Pertama yang harus dilakukan adalah 'Sadar'. Sadar bahwa dirinya benar-benar ada, penting dan dibutuhkan. Sadar adalah wujud dari produk hati yang senantiasa berdzikir. Seorang tokoh filsafat eksistensialisme yang juga ahli Hermeneutika Jerman bernama Martin Heidegger mengatakan, bahwasannya manusia disebut sebagai 'Dasein' yang artinya 'Pengada'. Manusia itu ada, dan ia berhak membuat perubahan dengan berkreatifitas karena ia mempunyai sifat pengada.Â
Menurutnya, kita tidak lagi seperti yang dikatakan Bapak filsafat modern Rene Descrates; 'Cogito Ergo Sum, aku berfikir maka aku ada', tetapi kita adalah mahluk yang 'Sum Ergo Cogito, aku ada maka aku berfikir'. Berfikir untuk apa? Tentu saja untuk membuat perubahan, membangun kondisi kekitaan kita dengan berkarya sekreatif mungkin, sepositif mungkin. Sebagai pelajar NU kita juga harus sadar bahwasannya kita itu spesial, karena kita selain kita belajar secara akademis ilmiah, tetapi kita tidak terlepas dari sufistik agamis pesantren.Â
Kita adalah wujud dari perpaduan Al-qur'an dan Sains, sehingga kita mempunyai hal lebih yang tidak dipunyai pelajar seperti pada umumnya. Karena kita adalah sosok santri yang berilmu akademik ilmiah, atau sosok ilmuan akademik ilmiah yang berkepribadian santri.
FAHAM
Selanjutnya adalah faham, faham adalah produk fikiran (hasil bertafakur), dalam artian bahwasannya saat ini kita mempunyai peran penting dalam roda perjalanan NU ke depan. Kita juga harus faham apa yang bisa kita lakukan untuk sumbangsih tenaga dan fikiran kita demi kemajuan hidupnya Islam Nusantara sebagai solusi islam damai ala NU untuk dunia, yang merupakan perwujudan dari implementasi islam sebagai rahmatan lil 'alamin.Â
Karena kita masih Pelajar dan muda maka kita juga harus faham, kita tidak bisa langsung masuk ke dalam sistem pengambil kebijakan, sehingga yang sangat mungkin bisa kita lakukan adalah berproduksi karya sekreatif yang kita bisa. Selalu belajar menggunakan prinsip 5W+1H+Pun (belajar apapun, dimanapun, kapanpun, dengan siapapun, tanpa alasan mengapapun, dan dengan cara bagaimanapun).
BERKARYA
Tahap selanjutnya adalah wujud dari melakukan amal shalih yaitu berkarya. Dalam kita berkarya kita sangat membutuhkan apa yang dinamakan kreatifitas. Lalu, apa itu kreatifitas? Kretifitas ialah "Sifat dari seseorang yang mampu berfikir berbeda sehingga dapat menciptakan sesuatu yang baru ataupun memperbaharui sesuatu yang lama, yang akan bermanfaat untuk kehidupan seseorang, kreatifitas dapat dikembangkan melalui edukasi ataupun dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan pendidikan ataupun kegiatan di luar pendidikan."
Contoh kreatifitas yang bisa dilakukan pelajar NU:
- Sebagai penulis misalnya, mengapa tidak menulis hal-hal yang membuat NU dan islam nusantara bisa lebih dikenal oleh dunia.
- Novelis, bagaimana kalau menulis cerita yang mengisahkan tokoh-tokoh NU dan mengemas romantisme cinta IPNU dengan IPPNU misalnya.
- Blogger / Netizen, memanfaatkan media sosial yang menghubungkan internet dengan mendiskusikan ke-NU-an, menjadikan internet sebagai media promosi atau pengkajian dan dakwah NU.
- Tokoh: Duta Wisata, Ketua Osis dll, menjadikan diri sebagai uswatun khasanah dari individu ideal dalam visi islam nusantara.
- Ahli Masak / Membuat Kue, selain untuk konsumsi pribadi, kenapa tidak mencoba juga dipasarkan dengan membuka usaha dari keahlian tersebut, ini akan kembali menggairahkan Nahdlatut Tujjar sebagai poros perekonomian warga NU.
- Creator Handmade, berkreatifitas dengan kain perca, flanel atau lainnya. Minimal misalkan saat ada acara Makesta atau Lakmud Lakut bisa digunakan untuk kenang-kenangan bagi pembicara atau peserta menggantikan vandel yang semakin mahal. Jika bisa membuat sendiri kenapa harus beli?
- Dan masih banyak lagi yang lainnya. Yang menjadi catatan, jangan melupakan tugas utama kita sebagai pelajar adalah belajar hingga kita torehkan prestasi sebaik-baiknya.
Bagaimana cara melatih kreatifitas?
Sebenarnya bisa dicari lewat internet, banyak sekali artikel-artikel yang memuat dan membahas hal ini, akan tetapi ada baiknya kita juga bisa memberi hal yang berasal dari kita sendiri. Ada beberapa hal yang jika dilakukan bisa membuat kita lebih kreatif;
"Dekatkanlah tanganmu kepada kepalamu."
Kita bisa menyadari bahwasannya segala yang kita lakukan selalu berhubungan dengan kepala kita (otak), ada sensor motorik yang peka terhadap impuls, baik itu impuls yang datang dari penglihatan, pendengaran, perasaan, maupun indra lainnya. Otak adalah komponen penggeraknya, sedangkan tubuh adalah alat yang digerakkan, dan anggota tubuh yang paling sering diminta oleh otak untuk bergerak adalah tangan.Â
Kita memasak, mencuci, menulis, dan pekerjaan keseharian kita yang lain. Tangan merupakan hal yang paling dekat dengan perintah otak manusia. Oleh karena itu, dari situlah kita bisa mengasah daya kreatifitas kita.
Untuk melatih daya kreatif dengan menggunakan cara yang sederhana antara lain:
MENULIS
Menulis, terutama menulis dengan menggunakan tangan secara langsung (bukan keypad atau keyboard) ternyata lebih membuat daya kreatif di dalam diri kita berkembang dengan pesat. Terlebih lagi jika menulis dengan menggunakan alur/narasi, karena disitu kita mempertemukan antara tangan kita dengan imajinasi. Bukankah Albert Einstein pernah berkata; 'Imagination is more important than knowledge' atau imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Kembangkanlah imajinasi setinggi-tingginya, maka dunia kita akan semakin berwarna.
MEMPUNYAI IMPIAN
Berfikirlah jauh ke depan, sejauh-jauhnya, sepanjang-panjangnya, setinggi-tingginya, lalu pendekkanlah jalan untuk mencapainya dengan tindakan. Menuliskan minimal 100 impian (hal yang kita ingin capai) di atas selembar kertas besar dan kemudian ditempelkan di dinding kamar, lalu kita coret daftar impian itu satu persatu ketika kita sudah bisa mencapainya.
MENULIS: TANYA-JAWAB (INTROGASI) KEPADA DIRI SENDIRI . Punyailah dua ballpoint yang berbeda warna, hitam dan biru misalnya. Kemudian tulislah pertanyaan apapun kepada diri sendiri menggunakan ballpoint hitam, fikirkan, dan tuliskan jawaban kita menggunakan ballpoint lainnya. Tanya-jawab kepada diri sendiri ini bisa dilakukan dengan tujuan evaluasi keseharian (muhasabah diri) atau untuk mencari jati diri.
EKSPERIMENTASI
Ekperimentasi atau mencoba sesuatu hal yang baru. Misalnya, kreasi masakan dengan resep-resep baru buatan sendiri, membuat kue dengan bentuk-bentuk yang unik, atau mencoba hal-hal baru dalam bentuk kegiatan-kegiatan baru. Sekali hal baru itu mempunyai efek yang baik, maka teruskan, berinovasi tiada henti.
MEDITASI / MERENUNG
Mengistirahatkan fisik namun fikiran terus berjalan, menganalisa peluang yang bisa diambil dari keadaan lingkungan sekitar, terlebih apa yang sedang dibutuhkan oleh lingkungan bisa terpenuhi oleh kita. Meditasi dan perenungan terbaik adalah tengah malam, dengan melakukan tahajud sekalian.
JALAN-JALAN / TRAVELING
Mengunjungi lokasi wisata atau lingkungan yang hijau dan segar ternyata bisa membuat kondisi pikiran lebih jernih dan mampu memikirkan hal-hal yang jarang terfikirkan oleh kita. Banyak inspirasi yang bisa didapatkan ketika mengunjungi lingkungan baru, atau studi banding ke wilayah lain.
TANGKAP ILHAM
Inspirasi atau ilham (bisikan Tuhan) kadang datang secara tiba-tiba dan tanpa kita duga. Biasanya saat kita sedang berada atau melakukan sesuatu yang kita sedang tidak memikirkan / mencari inspirasi tersebut. Sebagai contoh kadang kita mudah mendapatkan inspirasi ketika kita sedang berada di kamar mandi, atau sedang shalat, atau sedang apapun.Â
Ketika ilham itu datang, kadang kita segera melupakannya di saat kita pindah atau mengerjakan hal lain, maka dari itu segeralah tuliskan ilham yang kita dapatkan dalam buku catatan kita, yang sewaktu-waktu bisa kita lihat, kemudian kita coba lakukan ilham kreatif tersebut.
Terakhir, teruslah mencoba hal-hal baru dan berlatih, berlatih, serta teruslah berlatih untuk menciptakan suatu kreasi yang inovatif dan inpiratif. Dengan generasi muda NU yang kreatif dan inspiratif inilah, kita yakin masa depan NU khususnya dan Indonesia pada umumnya akan lebih baik.
Kita adalah generasi emas masa depan Agama Bangsa dan Negara Indonesia kita tercinta! Bergeraklah! Berkarya! Berkarya! Berkarya!
"Kau lihat Bung! Di luar sana keadaan memaksa kita untuk tetap terus bergerak! Diam berarti membunuh diri sendiri, seperti tertusuk belati kematian dalam pelukan kenyamanan! Mari bergerak Bung! Kuasai sistem dan produktifkan bekerja, berpangku tangan adalah ketiadaan, lalu apa yang bisa kita bangun dari ketiadaan? Saatnya Indonesia membutuhkan kita Bung!"
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.