Kampung di tengah rimba itu seperti menawarkan kengerian: gelap dan senyap. Hanya sebuah obor yang disangkutkan ke pohon belian di mulut kampung yang menjadikannya sedikit bercahaya. Namun gerimis baru saja mematikan obor tersebut dan kepulan asap dari obor yang mati itu kelihatan seperti kabut pekat yang menjadi pintu masuk ke dimensi lain. Di saat seperti itulah lelaki itu tiba di sana, ketika malam sudah larut dan tak ada tempat lagi yang bisa dia tuju.
Ada rasa ragu menjalar di hatinya, tapi gerimis yang gigil memaksa dia terus melangkah di antara bau damar yang samar-samar tercium. Sebelum sampai di kampung ini, dia melewati hamparan sawah yang di sekitarnya banyak tumbuh pohon damar. Bau ini pasti berasal dari sana, pikirnya. Dia membayangkan dirinya serupa bau damar yangmelayah tak tentu arah sampai akhirnya terhampar entah di mana.
KEMBALI KE ARTIKEL