Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Lelaki Berseragam Itu "Playing Victim"

2 Februari 2021   14:10 Diperbarui: 2 Februari 2021   20:31 394 4
Playing Victim julukan pas untuk seorang yang hidupnya penuh dengan
drama kebohongan demi keuntungan dirinya sendiri. Seperti laki laki
yang bernama Marco. Sejak Awal berhubungan dengan Kartika, wanita
lugu yang penyabar, kelicikan Marco sudah terlihat oleh kakak
perempuan Kartika yang bernama Ayumi. Entah karena keluguan dan dan
kepolosan Kartika, seakan dia tidak melihat keburukan yang sebenarnya
tampak jelas dalam diri Marco.

Sejak Awal Ayumi telah menyelidiki siapa Marco. Dari
penyelidikannya kepada teman teman dekat Kartika, bahwa Marco memang
sengaja mecari teman wanita yang minimal dari keluarga berada.
Mungkin saja berharap akan hidup enak ketika berumah tangga di
kemudian hari. Sebelum berpacaran dengan Kartika, Marco sempat
mendekati Jenny teman dekat Kartika, yang notabenenya dia adalah anak
orang kaya. Namun Jenny tidak menyukai Marco dan menolaknya mentah
mentah. Dan entah kenapa, selang berapa bulan, dia mendekati Kartika.
Sebenarnya jika Kartika lebih sedikit peka, dan mau mendengarkan
pendapat teman temannya, mungkin saja mereka tidak sempat jadian.
Namun mereka akhirnya menikah juga.

Sebelum menikah, Marco hanya seorang yang kerja
serabutan, tapi Kartika siap menerima Marco apa adanya. Dia
berkeyakinan bahwa Marco tidak seburuk apa yang di katakan orang
orang. Namun kondisi pernikahan mereka mulai berubah sejak Kartika
mengandung anak kedua di tahun ke empat pernikahan mereka. dimana
Marco telah resmi diangkat sebagai Pegawai pemerintahan. Dia mulai
besikap cuek, dan tidak memperhatikan keluarganya, terutama kartika
istirnya. Apalagi jika ada keinginanya yang tidak terwujud, Dia
selalu menyalahkan Kartika, entah apapun masalahnya selalu Kartika
yang selalu disalahkan, walaupun Kartika sendiri tidak tahu apa yang
menjadi masalah dengan Marco. Tak Jarang Marco memaki maki kartika
dengan kasar, bahkan tak segan segan dia memukul bahkan menendang
Kartika, jika emosinya meningkat.

"Aku menyesal menikah denganmu! Seharusnya aku bisa
hidup senang dengan hasil kerjaku, bukannya seperti ini, harus
membiyai hidupmu, juga anak anakmu!"
"Coba saja dulu aku tidak menikah denganmu, mungkin aku sudah punya
appartemen yang nyaman, mobil idaman, dan jalan jalan ke luar negeri
!"
Bayangkan pemirsa...seorang suami yang berkata demikian terhadap
istrinya, apa kah yang dirasakan hati oleh seorang istri?

Kartika mencoba untuk bersabar, karena hanya itu yang
dapat dia lakukan, apalgi dia sedang menunggu hari untuk persalinan
anak kedua mereka. Dan sudah bisa ditebak, hingga sampai di ruang
operasi seccar , Marco tidak menemai Kartika yang sedang berjuang
antar hidup dan mati, dia malah senang senang bersama perempuan
perempuan di tempat karaoke.

Baru dua bulan si kecil lahir, Marco mengeluh masalah
pengeluaran rumah tangga mereka yang jelas bertambah."Aku capek kerja
seharian, tapi tidak bisa menikmati hasil keringatku sendiri, dan aku
tidak mau menjadi sapi perahanmu sampai tua ! Coba kamu pakai otakmu !
apa kamu tidak malu, selalu minta uang kepadaku! Makanya sana cari

uang sendiri, seperti istri teman temanku! tidak merepotkan suaminya!"
Kartika : " Aku mau kerja apa? aku baru saja melahirkan, dan anak anak
juga masih kecil. Dan siapa yang urus mereka kalau aku kerja?"
Marco : " Ya Jualan kek ! kamu kan punya warisan, rumah orang tua
kamu, ya jual lah, buat modal dagang! dari situ kan kamu punya
penghasilan! kan gak harus ngerepotin aku !Otak tu dipake !( sambil
tunjuk tunjuk kepala Kartika, dengan bengis)
Kartika : ( sambil terisak )Rumah warisan itu bukan miliku sendiri,
tapi ada hak kak Ayumi juga, nanti aku coba bilang ke kakak, kalau kak
Ayumi setuju.

Begitu kesalnya Ayumi mendengarkan cerita Kartika, saat
itu. Bagaimana Ayumi tidak emosi, Adiknya yang baru saja melahirkan
secara operasi seccar, disuruh suaminya untuk mencari nafkah sendiri,
bahkan Iblis itu menyuruh Kartika menjual rumah warisan Ayah, agar
Kartika bisa Mempunyai penghasilan dan tidak merepotkan dia? Lalu apa
gunanya dia punya suami? Cuma dianggap buat produksi anak saja,
lagipula, suaminya itu punya pekerjaan yang layak, dan bukan seorang
pesakitan yang tidak mampu mencari nafkah. Apakah yang aku khawatirkan
sejak dulu itu benar? Bahwa dia hanya orang yang mementingkan dirinya
sendiri, dan ingin hidup enak sendiri?
Suatu siang Kartika menelponku dengan menangis nangis.
Katika : " Jemput aku kak, aku sudah tidak sanggup lagi hidup dengan
manusia monster ini."
"Ada apa Tika? kamu kenapa?"
Kartika : " Aku dan anak anak diusir Marco! dan dia bilang, kalau dia
sudah tidak peduli lagi dengan kami."

Dengan emosi yang kutahan, buru buru aku bergegas menuju
bandara ,untuk menjemput adikku beserta anaknya.Karena Kartika tinggal
beda kota denganku. Enam bulan sudah adikku tinggal bersamaku,
Jangankan uang untuk biaya anak anaknya, telpon sekalipun tidak ada
niat dari Marco, yang menurut keluarga dan teman teman adikku, Marco
sedang sibuk sibuknya dekat dengan perempuan lain di sana.

Entah dari mana datangnya Makhluk planet satu ini, tiba
tiba muncul di hadapan kami. Marco! dia datang untuk menjemput Kartika
dan anak anaknya, dengan berusaha keras Kartika meminta kepadaku, agar
aku dapat mengizinkannya untuk kembali pulang kerumahnya bersama
Marco. Aku bisa apa? Mereka kan masih sah sebagai suami istri.

Tak lama ku dengar kabar dari Kartika dari sebrang sana,
dia sedang mengandung anak ketiga, kembar! Ya Allah, semoga Marco
berubah menjadi Suami dan Bapak yang baik untuk keluarga Adikku.

Sekali lagi yang aku takutkan kembali terjadi. Kartika
melahirkan anak kembar yang prematur tanpa Marco di sampingnya!
Kembali aku tergopoh gopoh berangkat demi adikku dan para ponakan
ponakan ku yang lucu lucu itu. Monster itu memang sudah benar benar
keterlaluan!Disaat adikku dan ponakan ponakan kecilku kritis di rumah
sakit, ternyata dia lagi senang senang dengan selingkuhannya, tanpa
peduli sedikit juga minimal dengan darah dagingnya. Dan kali ini,
tidak ada kata kompromi lagi untuk Kartika. Setelah mereka keluar

rumah sakit dan dengan keadaan pulih, aku langsung memboyong adikku
beserta ke empat anaknya. Empat anak !

Kali ini Kartika bertahan tinggal bersamaku sudah dua
tahun. Dan selama itu juga, tidak ada kabar apapun dari Marco, dan
Kartika sudah mulai membiasakan diri tanpa ujud Marco.

Sejarah kembali terulang, tiba tiba Marco sudah berada
di hadapan muka kami. Dan Seperti terdahulu, Kartika kembali mengulang
kejadian lama, memohon izin kepadaku untuk kembali bersama
Marco.Kenapa saat ini betapa beratnya melepas adikku dan anak anaknya
di jemput Marco. Kecil keyakinanku bahwa Kartika akan baik baik saja
disana. Namun tetap saja tak ada dayaku untuk mencegah mereka.

Sudah setahun Kartika kembali. Hampir setiap hari aku
dan kartika saling memberi kabar, selalu kudengar dia ada dalam
keadaan baik baik saja. tapi mengapa hatiku sulit untuk percaya dengan
semua berita yang dia berikan. Suatu ketika, hati ku gundah, teringat
Kartika, maka aku langsung mencari handphone, untuk memastikan keadaan
Kartika. Namun suara yang terdengar dari seberang sana malah justru
suara Intan si cantik anak Kartika yang nomor dua, yang angkat
panggilan telpon, karena handphone Kartika tertinggal dirumah.
"Mama lagi kerja, mami ."( dia memanggilku mami)
Kerja? Mengapa Kartika tidak pernah sekalipun bercerita kalau dia saat
ini bekerja?

Banyak pertanyaan yang ku serang kepada Intan saaat itu,
namun tetap saja aku tidak bisa mengerti, apakah sedang terjadi dengan
Kartika? Aku menunggu jam 9 malem untuk menelpon Kartika, karena
menurut Intan, mamanya akan pulang dari tempat dia bekerja, selalu jam
9 malam. Saat aku telpon Kartika, betapa kaget yang luar biasa,
mendengar jawaban jawaban atas semua pertanyaanku.
Kartika sudah resmi berpisah dari Marco !

Perpisahan itu adalah paksaan dari Marco, dengan
ancaman, jika Kartika tidak mau tanda tangan pengajuan Perceraian, dia
tidak akan pernah membiayai anak anak selamanya! Tapi di tengah orang
atau kerabat yang menyakan perihal perceraian mereka, Marco selalu
mengatakan bahwa, hal itu terjadi akibat kesalahan Kartika yang sering
meningalkannya pergi berlama lama jika ada persoalan dirumah. Dan poin
yang lain, Bahwa dia sudah tidak sanggup hidup dengan Kartika, karena
dia tidak mampu hidup dengan istri yang boros dan banyak tuntutan.
Jangankan aku yang ternganga mendengar kalimat itu, tetangga tetangga
mereka yang melihat jelas, keseharian Kartika saja sampai aneh dan
bahkan heran mendengar celotehan Marco yang menurut mereka lebih parah
dari pada ghiban emak emak warung sayur.
Kartika : " Maafkan aku kak, aku gak mengabarimu, dengan masalah yang
terjadi denganku, aku selalu membuat repot, tapi kali ini, aku sudah
ikhlas menerima takdirku, dan aku berusaha untuk kuat untuk anak anaku
kak."
" Mungkin kamu bisa terima atas apa yang dilakukan Marco terhadap
kamu, tapi aku TIDAK !, bagaiman aku bisa ikhlas melihat kamu dan anak
anakmu dengan sengaja di telantarkan Monster itu, sementara dia hidup
dengan tenang bermewah mewah dengan istri barunya?"

Kartika : " Sudahlah kak, aku lebih baik hidup seperti ini, dari pada
tiap hari aku dihina, dimaki, bahkan menjadi samsak bagi dia." Dan
kalaupun aku bertahan bukan hal yang tidak mungkin Dia akan sanggup
membunuhku !""
APA?

Tidak ada kata lain yang mampu keluar dari mulutku,
Hanya lantunan istigfar yang dapat aku ucapkan, banyak banyangan
buruk yang gentayang di benakku, tentang perlakuan Monster sialan itu!
Sakit dan sedih yang kurasakan saat itu mengalahkan
apapun di dunia ini! Bukan hanya Kartika yang mengalami penindasan
fisik dan mental, namun anak anak mereka pun tak luput dari korban
Marco! Anak anak yang masih kecil kecil itu pun tak jarang kena makian
Marco dengan kasar, jika mereka meminta sesuatu yang mereka butuhkan,
walaupun hanya sebatas kebutuhan untuk makanan dan kebutuhan sekolah.
Aku menyadari, mungkin benar apa yang menjadi keputusan
Kartika, lebih baik dia berpisah dari monster yang memiliki karater "
playing Victim." Dimana orang mempunyai sifat play victim itu selalu
menyalahkan orang lain atas semua hal yang terjadi pada dirinya
sendiri. Mentalitas playing Victim merupakan kondisi
psikologi seseorang menunjukkan cara berpikir yang tidak berfungsi
dengan baik. Pikirannya akan selalu berusaha mencari alasan bahwa dia
sedang disiksa untuk mencari perhatian maupun menghindari tanggung
jawab.

Biasanya mereka yang selalu merasa jadi korban.
Selalu berpikiran negatif dan suka komplain. Mereka selalu merasa
nggak pantas orang lain mendapat hal baik dalam hidup. Mungkin
hidupnya akan terasa gelap gulita melihat orang lain senang.

Kini Kartika hidup tenang dan Bahagia
bersama keempat anaknya, walau dalam kehidupan yang sederhana, Karena
mereka tidak mendengarkan lagi makian kasar dan hinanaan yang cukup
membuat hati dan mental porak poranda.

Lima tahun berlalu, Zacki anak Sulung Kartika,
mendapatkan bea siswa Ke Luar negeri. Dan Kartika sukses denga usaha
catering yang semakin sukses.
Kartka : "Ibu sangat bangga padamu nak! bangga sekali."
Disamping kabar gembira itu, sisi satunya ada kabar buruk mengenai
Marco yang ternyata kini dalam kondisi yang mengenaskan, dimana dia di
vonis dengan penyakit stroke ( hingga membuatnya lumpuh) dan kanker
paru paru yang akut. Kini dia hanya hidup sendiri, karena istri
barunya itu pergi meninggalkannya.Bahkan dia sudah tidak memiliki
pekerjaan, karena sudah tidak produktif bekerja alasan penyakit yang
dideritanya. Marco yang Jumawa itu hanya tinggal seonggok daging
bernyawa, yang hanya terduduk dalam kursi rodanya. Dalam
penyesalannya, dia teringat akan salah dan dosa yang pernah dilakukan
kepada Kartika dan anak anaknya. Penyesalan Telah mengabaikan istri
dan darah dagingnya sendiri.

Jika manusia itu lupa, bahwa hidup itu berputar, maka
ingatlah, hari itu bergulir, dari senin hingga mingu, dan pasti akan
kembali ke hari senin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun