Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Indonesia, Sepotong Surga di Khatulistiwa

3 Oktober 2012   06:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:19 2037 13

“Beri alasan kenapa kamu cinta negeri ini?” tanya sahabat saya pada suatu hari saat kami sedang berbincang tentang hal-hal random, mulai dari hidup, cinta, karir, hingga merembet ke rasa nasionalisme. Saya yang terbiasa dengan pemikirannya yang sedikit nyleneh serta pertanyaannya yang acapkali mengejutkan menjawab dengan singkat “Saya cinta Indonesia karena negeri ini cantiknya kebangetan”.  “Sesimpel itu?” tanyanya lagi. “Yapz! Nggak ada hal lain yang lebih reasonable dibanding itu.”

Ya, bagi saya hal tersebut sudah lebih cukup untuk dijadikan alasan mencintai Indonesia, sebuah negeri dengan begitu banyak keistimewaan yang telah Tuhan karuniakan. Mulai dari bentang alam yang elok rupawan, kekayaan alam yang melimpah, hingga suku bangsa dan budaya yang sangat beragam.

Ingatan saya pun melayang pada suatu masa saat saya sedang menikmati pesona Pantai Tanjung Tinggi Belitung yang dihiasi taburan batu granit raksasa di sepanjang pantainya. Kala sedang menikmati keindahan pantai mendadak saya teringat ucapan pelukis terkenal, Amang Rahman “Kata kakek surga itu warnanya  biru, tapi tidak biru biasa melainkan ada hijaunya.” Mungkin warna surga yang digambarkan oleh kakek Amang Rahman adalah warna seperti yang saya saksikan di Pantai Tanjung Tinggi, air laut yang biru kehijauan laksana batu zamrud. Dan Indonesia dari ujung Barat hingga Timur, Utara hingga Selatan adalah rangkaian keindahan demi keindahan tersebut sehingga dikenal dengan nama Zamrud Khatulistiwa. Bahkan dalam bukunya Max Havelaar, Multatuli menyebut Indonesia sebagai “untaian ratna mutu manikam” karena keelokannya.

Membicarakan tentang kecantikan alam Indonesia memang tiada pernah ada habisnya. Dalam dunia bahari, Indonesia memiliki taman laut yang sangat indah seperti di Bunaken, Wakatobi, dan Raja Ampat yang  merupakan jantung kekayaan terumbu karang dunia. Kawasan Raja Ampat memiliki lebih dari 1.070 jenis spesies ikan, 600 jenis spesies terumbu karang, dan 66 jenis molusca. Sedangkan Kepulauan Karibia hanya memiliki tidak lebih dari 70 jenis terumbu karang (sumber: dunialaut.com). Bukankah itu sebuah fakta yang sangat mengagumkan? Karena itu tak heran Raja Ampat menjadi surga bagi para diver dan menjadi salah satu spot diving kelas dunia yang paling diminati.

Selain Kawasan Raja Ampat, Indonesia juga memiliki Laut Sulawesi, tempat ditemukannya mahluk-mahluk laut yang belum ditemukan sebelumnya, termasuk ditemukannya ikan Coelacanth yang diduga sudah punah 65 juta tahun lalu. Sedangkan di Danau Kakaban, Perairan Berau, Kalimantan Timur terdapat ribuan ubur-ubur tanpa sengat, Martigias papua, sehingga Anda dapat merasakan sensasi berenang dengan ubur-ubur. Di dunia ini hanya ada dua habitat ubur-ubur tersebut, yakni di Indonesia dan Republik Palau di Samudra Pasifik.

Dari dunia bawah laut bergeser sedikit ke jajaran pantai yang membentengi kepulauan Nusantara. Indonesia memiliki pantai dengan karakter yang sangat beragam, mulai pantai dengan pasir putih, pasir coklat, pasir hitam, hingga pantai berpasir pink seperti di Pink Beach Pulau Komodo.  Selain pasir warna-warni, ombak di pesisir pantai Indonesia sangatlah beragam. Ada pantai yang sangat tenang tanpa ombak hingga terlihat seperti danau, atau pantai dengan 7 gulungan ombak setinggi hampir 6 meter sehingga dikenal dengan nama “The 7 Giant Waves Wonder”. Pantai yang menjadi surga para peselancar tersebut adalah Pantai Plengkung di Banyuwangi yang juga disebut dengan nama “G-land”.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia jelas memiliki pulau-pulau yang sangat indah. Selain Bali yang telah mendunia dengan julukan “the island of paradise” pulau lain yang tak kalah mempesona adalah Pulau Lombok dengan tiga gilinya yang sangat terkenal, Pulau Moyo yang pernah dijadikan tempat berlibur Putri Diana dan Mick Jagger, hingga Pulau Rinca dan Pulau Komodo yang dikenal dengan “the largest living lizard in the world”.

Secara geografis, Indonesia terletak di lokasi yang sangat strategis, karena diapit oleh dua samudra dan dua benua. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, jika daratan dan perairannya digabungkan menjadi satu, maka  negeri ini akan seluas Amerika Serikat atau setara jarak antara London Hingga Moscow . Indonesia juga terletak tepat di pertemuan rangkaian gunung berapi aktif (ring of fire), karena itu negeri ini kaya akan gunung gemunung yang tegak menjulang dari Aceh hingga Papua, baik gunung berapi aktif maupun tidak. Pagi para pecinta alam, Indonesia adalah surganya gunung dengan berbagai tipe. Masing-masing gunung menawarkan pesona tersendiri, mulai dari Gunung Jayawijaya yang memiliki salju abadi, Gunung Merapi yang sangat aktif, Gunung Rinjani dengan Segara Anaknya, Gunung Bromo dengan sunrisenya yang magic dan pemandangan laksana di bulan, hingga Gunung Ijen yang dikenal dengan api birunya.

Tidak hanya ratusan gunung yang tegak menjulang dengan gagah, sisa-sisa letusan gunung berapi pada masa lampau juga menyisakan kaldera yang kecantikannya masih bisa dinikmati hingga kini. Sebut saja Kaldera Dieng, Kaldera Tengger, serta Kaldera Toba yang merupakan kaldera raksasa. Sebelum menjadi danau yang cantik seperti sekarang ini, Toba memiliki kisah tersendiri. Gunung yang meletus sekitar 75.000 tahun lalu ini menghasilkan sekitar 2800 kilometer kubik abu ke atmosfer sehingga mempengaruhi iklim dunia. Saat itu Letusan Toba menyebabkan musim dingin vulkanik dengan penurunan suhu di dunia antara 3 – 15 derajat Celcius.

Selain alamnya yang sangat cantik, Indonesia juga kaya akan suku bangsa dan bahasa. Berdasarkan data dari BPS yang dilansir dari JPNN.COM pada tahun 2010di Indonesia terdapat kurang lebih 1.128 suku bangsa. Masing-masing suku memiliki budayanya sendiri yang adiluhung. Masyarakatnya pun memiliki penghidupan yang sangat beragam baik sebagai masyarakat agraris maupun maritim.

Ketangguhan pelaut Indonesia telah terbukti sejak dahulu. Jauh sebelum para pelaut Eropa berlayar mengarungi samudra dan Christopher Columbus menemukan benua Amerika, para pelaut dari kerajaan Mataram Kuno telah berlayar ke Tanjung Harapan, Afrika, hingga Madagascar. Pelayaran tersebut digambarkan dalam relief Candi Borobudur yang merupakan monumen Buddha termegah dan kompleks stupa terbesar dunia berdasarkan data dari UNESCO. Candi yang merupakan galeri mahakarya para pemahat pada abad ke – VIII ini pun pernah menjadi surga pagi para peziarah yang datang dari India, Kamboja, Tibet, dan China. Kini Candi Borobudur pun tetap menjadi salah satu landmark wisata Indonesia.

Melihat semua fakta-fakta di atas tak ada lagi alasan bagi saya untuk tidak mencintai negeri ini. Alasan saya mencintai Indonesia sangatlah sederhana dan praktis. Saya mencintai negeri ini karena mata dan jiwa saya terpuaskan oleh kecantikan alam dan budayanya, kemudian jejak itu tertinggal jelas di dalam hati. Dan saya bersyukur bisa terlahir di negeri secantik ini. Lantas, bagaimana dengan Anda? Apa alasan Anda mencintai negeri ini?

Ps: Ah mendadak saya ingat ucapan Setadewa dalam novel Burung-Burung Manyar ketika membandingkan kecantikan Indonesia dengan Belanda, kalau tidak salah seperti ini “bahkan di negara tropis ini pantat lalat wilis pun amboi cantiknya, hijau keemasan!” bukankah itu sangat indah kawan? :)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun