[caption id="attachment_143591" align="aligncenter" width="631" caption="The Great Stone"][/caption] Jam di pergelangan kawan saya telah menunjukkan pukul 19.00 lebih. Suasana begitu gerah karena hujan yang tak kunjung turun di tambah dengan lampu sorot yang menyinari tepat sisi panggung tempat saya duduk. Suasana begitu riuh. Alunan musik, celoteh orang-orang, tawa anak-anak, hingga teriakan panitia yang terlihat begitu sibuk. Saya sendiri sesekali bercakap dengan seorang kawan lama sambil terkantuk-kantuk menunggu dimulainya acara. Di belakang panggung terdapat puluhan penari yang siap untuk tampil sebagai pembuka. Saat menoleh ke arah utara terlihat lautan manusia yang memenuhi jalanan. Selatan pun tak kalah riuhnya, manusia menjejali alun-alun bahkan memancat tembok beringin. Tak sampai setengah jam kemudian MC mengumumkan bahwa rombongan VIP mulai memasuki Alun-alun utara. Semua pun bergegas bangkit dan meringsek ke depan mencari posisi ternyaman untuk mengambil gambar. Dalam rombongan tampak Gubernur DIY dan GKR Hemas, Wali Kota Yogyakarta, Wakil Wali Kota Yogyakarta, dan deretan pejabat daerah. Setelah diawali dengan doa pembukaan dan sambutan-sambutan, gelaran JJC 2011 pun dimulai dengan pertunjukan tari garapan berjudul “Jogja untuk Indonesia” dengan koreaografer Gita Gilang. 178 penari yang terbagi dalam 10 jenis repertoar menarikan tari garapan maupun mini medley tarian nusantara mulai dari Papua, Jawa Barat, NTT, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Aceh. Klimaksnya ditandai dengan tampilnya tari garapan "Jogja Kokoh" dan sebagai penutup semua penari tampil ke atas panggung menarikan tari persatuan (Poco-poco modern). [caption id="attachment_143592" align="aligncenter" width="541" caption="Tari Garapan sebagai pembuka JJC 2011"][/caption] [caption id="attachment_143593" align="aligncenter" width="575" caption="Tapi Poco-poco modern"][/caption] Sebuah pertunjukan pembuka yang menarik, namun meninggalkan kekecewaan yang mendalam bagi rekan-rekan fotografer maupun kameramen yang ada di alun-alun utara. Hal ini dikarenakan lampu sorot berwarna biru, hijau, dan merah sehingga mempengaruhi kualitas gambar yang dihasilkan. Saya hanya tersenyum simpul saat seorang fotografer senior bergumam
"fotone ambyar kabeh nek ngene". Usai tari pembukaan satu persatu peserta karnaval pun mulai memasuki area panggung utama. Meski beberapa vehicle (panggung berjalan) sempat tersendat di Malioboro akibat penonton yang meluber hal itu tidak mengurangi meriahnya Jogja Java Carnival 2011. Vehicle pertama yang tiba di Alun-alun utara adalah 'Magnificence Batik' yang disertai rombongan MIC (Mataram Inline-Skate Club). Menggunakan inline-skate, sekelompok anak-anak yang mengenakan batik bergerak lincah dan berputar-putar membentuk formasi. Kemudian dilanjutkan dengan peserta pastisipan dari Suriname, Disco Troya, Patung Liberty Naik Andong, Serigala Babylonia, Memorabilia of Moses (Pyramid & Sphinx), serta China Great Wall. 7 penampil perdana yang mengundang decak kagum. [caption id="attachment_143594" align="aligncenter" width="554" caption="Magnificent Batik"][/caption] Karnaval pun dilanjutkan dengan penampilan 15 peserta lomba. Tema "Magniworld" yang diusung oleh panitia diterjemahkan dengan baik oleh para peserta. Aneka keajaiban dunia hadir di jalanan Yogyakarta. Dibalut dengan tata lampu nan apik dan panggung berjalan yang ciamik, penampilan para peserta terlihat semakin menarik. Di depan panggung utama, para peserta juga unjuk kebolehan dengan menampilkan berbagai atraksi. Keajaiban dunia yang dihadirkan antara lain Komodo, The Great Stone in The World, Menara Pisa, Adhi Budha Candi Borobudur, Sang Garuda, dan masih banyak lagi. Satu hal yang menarik perhatian saya tentu saja penampilan dari Solo Batik Carnival. Berhubung SBC kemarin saya hanya bisa melihat gladi bersihnya saja, akhirnya rasa penasaran saya terpuaskan dengan menyaksikan penampilan tim yang mengusung tema "Ande-ande Lumut" tersebut. Begitu pula dengan penampilan Satya Wacana Carnival. Sebenarnya ada satu tim yang saya tunggu-tunggu namun tidak jadi hadir, yakni penampil dari Akademi Angkatan Udara. Karnaval yang berlangsung lebih dari 4 jam tersebut akhirnya usai dan ditutup dengan pesta kembang api. Sesuai dengan tagline yang diusung "Celebration of Cultural Unity", pagelaran akbar ini berhasil menampilkan aneka ragam kebudayaan dalam bingkai yang harmonis. Seperti yang diungkapkan oleh Sri Sultan HB X dalam sambutannya, yakni JJC bisa menjadi ikon Yogyakarta sebagai kota harmoni yang ditandai dengan kolaborasi seni kreatif serta menunjukkan masyarakat yang berbudaya. Selain itu, inkulturasi dapat menciptakan interaksi seni budaya yang menginternasional. Kemudian akulturasi terwujud dengan mampu menyerap budaya mancanegara menjadi karya seni yang kreatif dan harmonis. [caption id="attachment_143598" align="aligncenter" width="429" caption="Patung Liberty Naik Andong ala Jogja Broadway"][/caption] [caption id="attachment_143600" align="aligncenter" width="429" caption="Narashima Avatara "][/caption] [caption id="attachment_143603" align="aligncenter" width="429" caption="Memorabilia of Moses"][/caption] Semoga tahun-tahun mendatang JJC bisa hadir dengan kemasan yang lebih baik dan lebih menghibur. Selamat ulang tahun Kota Yogyakarta tercinta, dan sampai jumpa di JJC 2012!!
KEMBALI KE ARTIKEL