Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Proposal Approved (Bagian 1)

21 Februari 2023   15:13 Diperbarui: 21 Februari 2023   15:39 109 4

Jarum jam terasa bergerak sangat lambat. Gadis dengan rambut bob sebahu itu berkali-kali melihat layar ponselnya. Jam digital di sana menunjuk angka 08:52. Delapan menit sebelum janji pertemuan mereka.

Gadis itu berdecak. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda seseorang -ralat, dua orang- yang ditunggunya menampakkan setidaknya ujung sepatunya.

"Nggak usah khawatir, San. Mereka pasti datang on time," Anas, satu-satunya laki-laki di sana mengatakan kalimat yang membuat gadis itu lebih tenang.

"Aku juga berharap banget itu," katanya.

Tepat dua detik setelahnya gadis itu bisa menarik otot di sekitar bibirnya untuk tersenyum. Dua orang laki-laki yang ditunggunya melewati pintu kaca dan duduk di seberangnya. Gadis itu merasa satu beban di pundaknya terlepas.

Laki-laki berkacamata yang duduk di seberangnya itu menatapnya beberapa detik tanpa berkedip. Gadis itu kembali menarik otot di sekitar bibirnya untuk tersenyum.

"Jeha Alexandra. Senang bertemu dengan Anda. Saya Rein Febrian, perwakilan Dreams Studio. Silakan," kata lelaki itu menunjuk ke layar besar di tengah ruangan.

Gadis itu beranjak dari kursinya. Lampu ruangan dipadamkan ketika lampu dari proyektor menampilkan slide yang telah dipersiapkannya.

"Terima kasih, Pak Rein dan Pak Keenan sudah berkenan hadir di sini. Saya Jeha Alexandra mewakili JF cosmetics. Saya di sini beserta tim, ada Sheila sebagai brand ambassador dan Anas penanggung jawab wardrobe sekaligus penata rias." Gadis itu menunjuk dua orang di seberangnya yang kemudian berdiri sesaat dan kembali duduk sebelum gadis itu meneruskan berbicara.

Lelaki berkacamata itu menatap layar dengan perhatian penuh. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk bibir.

"Saya akan sedikit menyampaikan tema besar atau konsep untuk produk JF Cosmetics kali ini," perempuan itu menekan tanda panah ke kanan di keyboardnya.

"Kali ini konsep yang diambil adalah fluorescent, terinspirasi dari kunang-kunang di malam hari. Produk face and body paint yang bisa menyala dalam gelap." Gadis itu mengamati wajah seluruh orang yang berada di ruangan itu. Dia mengganti slide lalu menerangkannya pada mereka.

"Sekian penjelasan konsep kali ini, selanjutnya kita akan berdiskusi mengenai konsep video dan pemotretan untuk katalog produk," kata gadis itu.

Dia melangkah kembali ke kursinya. Lelaki berambut panjang sebahu itu tersenyum ke arahnya, dibalas senyum oleh gadis itu.

"Saya penasaran, apa kita bisa menambah jumlah modelnya?" Lelaki berkacamata bulat itu bertanya.

"Saya setuju dengan Pak Rein," Keenan, lelaki yang rambutnya telah mencapai bahu itu turut mengiyakan.

Jeha mengatupkan bibir sejenak. "Begini, Pak Rein, Pak Keenan. Saya sangat setuju dengan saran dari Bapak sekalian, tetapi saya perlu berdiskusi dengan atasan kami mengenai itu. Boleh saya minta waktu sebentar?"

"Silakan," kelima jari kanan Rein menunjuk pintu keluar.

Jeha mengangguk sesaat sebelum beranjak dari ruangan itu dengan membawa ponselnya. Bisik-bisik mulai terdengar di telinga Rein. Lelaki itu memandang kedua orang di seberangnya, lelaki dengan model rambut wavy dan perempuan berambut panjang yang cukup cantik itu sesekali mencuri pandang ke arahnya, keduanya terkikik sambil menutupi mulut sesekali. Pandangan Rein beralih pada lelaki di sebelahnya yang tampak fokus dengan ponsel miliknya.

"Saya akan cari angin sekaligus ide segar, Pak Keenan," katanya pada lelaki berambut panjang di sebelahnya.

Lelaki itu mendongak. "Silakan, Pak Rein."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun